HARIAN MERAPI - Kekeramatan Gua Payaman di Sedayu, Bantul, Yogyakarta sudah diakui banyak orang sejak puluhan tahun silam. Sering ada penampakan pusaka atau jimat di sekitar gua tersebut.
Menurut Ngadiman, Gua Payaman di Sedayu Bantul pertama kali ditemukan oleh KRT Purbokusumo, keturunan Sultan HB VI yang bertahta pada tahun 1855-1877 Masehi.
Saat itu, KRT Purbokusumo adalah seorang bekel di kawasan Gua Payaman Sedayu Bantul. Dia dikenal oleh warga setempat sebagai Ki Ageng Prawiro Purba, akrab disapa Ndoro Purbo.
Nun dalam kisahnya, sebagai bekel atau penguasa di kawasan itu Ndoro Purbo sering keliling desa naik kuda. Suatu ketika, Ndoro Purbo menemukan sebuah gua dan enam kuburan tua yang masih berupa gundukan tanah.
Baca Juga: Ketua MUI Salatiga ambil formulir sebagai bakal calon wakil wali kota, ke PDI Perjuangan
Setelah ditayuh, keenam sosok mistis di kuburan tua itu diketahui namanya. Nisan paling barat adalah Raden Panesti. Berderet ke timur nisan Raden Joko Panekti, Raden Indro Sujarwo, Raden Purba Wiwoho, dan dua nisan lagi adalah cantrik yang tidak mau disebutkan namanya.
Ada yang percaya kalau Raden Joko Panekti berasal dari Pajajaran. Namun berdasarkan kesepakatan para sepuh, semua yang dimakamkan di lokasi Gua Payaman berasal dari Majapahit.
Ngadiman mengatakan, semua tokoh tersebut merupakan putra Prabu Brawijaya V. Pada saat perang, mereka menjadi senopati. Kemudian ketika Majapahit runtuh, mereka lari mencari tempat aman.
“Sampailah mereka itu di sebuah gua yang kemudian disebut Gua Payaman. Artinya, papan atau tempat yang aman,” kata Ngadiman, sembari menambahkan jika ada pula orang yang mengartikan lain.
Baca Juga: Awasi Gerak-gerik Pembuang Sampah Liar, DLH Sleman Pasang Sejumlah CCTV yang Lokasinya Dirahasikan
“Ada yang mengartikan kata payaman itu karena dulu di kawasan gua banyak ayam alas,” ujar Ngadiman.
Masih menurut Ngadiman, pada zaman kakek buyutnya Gua Payaman itu dilengkapi dengan gebyok. Hingga sesudah zaman Jepang, gebyok pemisah ruangan di dalam gua itu masih ada.
“Tapi entah sekarang hilang atau rusak dimakan usia, saya tidak tahu,” kata Ngadiman.
Dengan riwayat Gua Payaman sebagai petilasan tokoh sakti Majapahit, sekiranya menjadi wajar jika banyak orang percaya di lokasi gua terdapat banyak pusaka.
Baca Juga: KNKT Minta Sekolah Pilih Bus Pariwisata yang Legal dan Laik Jalan