Beberapa gedung yang dianggap angker di sekolah saya di antaranya gedung kesenian, laboratorium dan toilet.
Berdasar dari cerita Pak Mul, guru karawitan, setiap malam-malam tertentu dari arah gedung kesenian terdengar suara gamelan.
Warga sekitar yang penasaran sampai datang untuk memastikan siapa yang bermain gamelan tengah malam. Namun dilihat dari kaca jendela, tidak ada seseorang pun di dalamnya.
Bonang, gong, kendang, demung, saron dan lain-lainnya berbunyi dengan sendirinya atau mungkin digerakkan oleh makhluk tak kasat mata.
Tak jauh berbeda dengan kejadian di gedung kesenian, di laboratorium pun demikian.
Penuturan dari tukang kebun yang memang tinggal di sekolahan, hampir setiap malam terdengar suara gaduh dari dalam laboratorium yang sudah lama terbengkalai.
Sedangkan toilet adalah tempat yang terkotor dan jorok di sekolah kami. Selain baunya yang pesing, acapkali WC-nya mampat.
Bahkan kerap masih ada darah haid yang tidak tersiram sempurna. Tidak mengherankan bangsa jin yang dikenal menyukai tempat lembap dan kotor betah tinggal di sana.
Menginjak kelas 3, sekolah mengadakan renovasi dan pembenahan. Gedung yang rusak direnovasi dan pembangunan beberapa gedung baru.
Namun cerita tentang keangkeran sekolah itu masih terus diingat sampai sekarang oleh para alumnusnya maupun warga sekitar. (Dikisahkan Endang S. Sulistiya di Koran Merapi) *