HARIAN MERAPI - Sebuah pengalaman mahasiswa PPG saat mengikuti makrab yang berubah menjadi makrab horor di vila sebuah bukit.
Sebelum liburan akhir semester tiba, kami mahasiswa PPG (Program Profesi Guru) dari salah satu universitas negeri di Surakarta berencana untuk mengadakan acara malam keakraban (makrab).
Agar makrab bisa terkesan dan terkenang, Rafi (nama samaran) mengusulkan untuk membuat acara pada sebuah vila di bukit. Karena memang Rafi anak asli Surakarta dan mengetahui daerahnya juga.
Aku, Rafi, dan mahasiswa lainnya merencanakan untuk survey vila yang letaknya memang di perbukitan, suasananya sangat cocok untuk tempat makrab.
Setelah sampai di sana, kami menanyakan harga-harga vila yang ternyata sangat mahal. Dari vila satu ke vila lainnya kami terus mencari vila yang harganya cocok, sampai pada akhirnya,
kami menemukan sebuah vila yang letaknya di sudut keramaian, dan ternyata harganya sangat murah, berbeda dengan yang lain.
“Yang ini saja, sudah sangat murah dibanding yang lainnya,” ujar Rafi.
“Kau yakin?” Tanyaku agak ragu. Tapi semua teman mengiyakan untuk memilih vila ini karena memang harganya murah dan kami pun deal membooking vila ini untuk malam minggu.
Malam minggu telah tiba, makrab berjalan dengan lancar. Waktu sudah menunjukkan pukul 24.00. Kami berlima bermain game di gacebo vila yang letaknya dekat dengan hutan.
Baca Juga: Fakta-fakta VW dan DR jadi tersangka mafia bola
Tapi hanya Dandi (nama samaran) yang menolak bermain game, alasanya karena hpnya tertinggal. Dia hanya duduk diam melihat kami asik bermain game.
Karena cuaca di bukit sangat dingin, aku jadi sering kebelet buang air kecil, aku kemudian masuk ke vila karena kamar mandinya ada di dalam.
Setelah di dalam vila, aku melihat Dandi sudah tertidur, padahal aku baru saja melihatnya di gacebo, seketika bulu kudukku berdiri.
Aku mencoba memberanikan diri mengintipnya dari jendela, ternyata dia melihatku dan meringis. Aku seketika langsung masuk ke kamar dan nyungsep di selimut bersama Dandi asli yang sudah tertidur.