HARIAN MERAPI - Jika sudah nadar maka harus dipenuhi agar tidak terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan.
Begitu pula dengan Pak Tardi pernah mengucapkan nadar, jika cucu kesayangannya sembuh dari sakitnya, dia akan menggelar pertunjukan kesenian kuda lumping sehari penuh.
Namun saat pementasan, ternyata ada suatu kejadian aneh pada diri salah satu pemain kuda lumping.
Baca Juga: Kekurangan Air Bersih di Salatiga, Bukan di Kecamatan Sidorejo, Tapi di Kecamatan yang Satu Ini
Kelompok jathilan “Turonggo Bergas” sudah dipesan untuk memenuhi nadar Pak Tardi. Dan hari yang ditentukan tiba. Belum lagi pertunjukan dimulai penonton sudah berdatangan, membentuk arena.
Maklum saja kelompok jatilan tersebut hari itu konon akan tampil istimewa. Pentas siang itu akan dimeriahkan dengan beberapa pemain perempuan.
Episode demi episode selesai digelar. Selalu diakhiri dengan salah satu pemain mengalami trance atau “ndadi”. Dan berhasil dipulihkan kesadarannya oleh Sang Pawang.
Atas permohonan yang punya hajad, sebelum episode ke empat dimulai, semua personil dipersilahkani istirahat, makan siang.
Menjelang jam satu pertunjukan dimulai lagi. Enam orang penari kuda lumping didampingi tokoh Penthul dan Bejer berlenggang- lenggok menari.
Menyelaraskan gerak dengan irama gamelan. Tiba- tiba Kang Sarmin, salah seorang pemain mengalami trance. Gerakan tarinya sudah tidak terkendali.
Baca Juga: Mentan belum sampai ke Indonesia, Jokowi minta ditunggu saja, kalau perlu dikontak
Sang Pawang tidak mengira jika Kang Sarmin tiba-tiba melarikan diri, meninggalkan arena pentas.
Dengan masih “menunggang” kuda kepang, Kang Sarmin berlari menuju lapangan sepakbola tidak jauh dari rumah Pak Tardi, yang empunya gawe.
Seperti kesetanan, lari Kang Sarmin sangat cepat, secepat kuda balap. Beberapa kali mengelilingi luas lapangan.
Sang Pawang yang usianya sudah tidak muda lagi, lari pontang-panting, berusaha mengejar Kang Sarmin. Tidak berhasil, malah jatuh tengkurap tidak sadarkan diri di tengah lapangan.