HARIAN MERAPI - Sering kali ketika berbicara soal trauma kita berpikir bahwa itu merupakan dampak kejadian masa lalu. Namun, nyatanya trauma jauh lebih kompleks dan subjektif tergantung tiap-tiap individu yang mengalaminya.
Trauma juga tidak pandang usia dan jenis kelamin. Jika tidak diatasi dengan baik dan tepat apalagi terus diabaikan, seseorang dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan mental mulai ringan hingga kronis.
Psikiater jebolan Universitas Sebelas Maret Jiemi Ardian, Senin (16/1/2023), menjelaskan mengenai beberapa jenis trauma yang ada, gejala, juga cara mengatasinya secara detail.
Baca Juga: Cekoki kucing dengan minuman keras, sejumlah pemuda dimintai keterangan polisi di Semarang
“Trauma adalah reaksi tubuh yang terjadi di saat ini akibat peristiwa yang terjadi di masa lalu. Jadi bukan tentang kejadiannya saja, ini tentang reaksi tubuh yang ada saat ini," katanya.
Reaksi tubuh yang dimaksud, menurutnya, adalah reaksi yang ingin melindungi diri secara terus-menerus atau merasa terancam misalnya, takut, cemas, tegang, atau bersiap siaga terhadap adanya ‘stressor’ sehingga kita menyebutnya mudah terpicu atau sensitif.
Jiemi yang berpraktik di Rumah Sakit Siloam Bogor itu menjelaskan bahwa orang yang memiliki trauma kerap alami kilas balik atau ‘flash back’ secara mendadak. Memori buruk yang muncul bukan sengaja diingat-ingat melainkan timbul di otak begitu saja.
Baca Juga: Erick Thohir sudah dapat izin dari Presiden Jokowi, akankah dia rangkap jabatan?
Kategori Trauma
1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)
PTSD atau Gangguan Stres Pasca Trauma merupakan gangguan kecemasan yang membuat penderitanya teringat pada kejadian traumatis. Beberapa peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD adalah perang, kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual.
2. Complex Post Traumatic Stress Disorder (CPTSD)
CPTSD adalah kondisi dimana pengidap mengalami beberapa gejala PTSD disertai beberapa gejala tambahan, salah satunya kesulitan mengendalikan emosi.
3. Post Traumatic Stress Symptom (PTSS)
Seseorang dengan PTSS akan sering mengalami ‘flash back’ emosional diiringi perasaan intens seperti ketakutan, malu, sedih, atau putus asa.
Baca Juga: JPU : Terjadi perselingkuhan antara Putri Candrawathi dengan Brigadir J, di Magelang
4. Developed Mental Trauma
Developed Mental Trauma atau trauma pada masa perkembangan adalah hasil dari pengalaman masa kanak-kanak yang berefek hingga dewasa, seperti merasa tidak diinginkan, diabaikan, dianiaya, dilecehkan, yang telah berulang kali terjadi.
Kenali Gejalanya
Artikel Terkait
Mengaku Disiksa Suami Selama 14 Tahun, Istri Pilih Lapor Polisi Didampingi Pengacara: Korban Trauma Berat
Pengaruh pengalaman awal berupa trauma psikologis terhadap agesivitas anak-anak dan remaja
Bocah 11 tahun di Bantul ditarik dan diperkosa tetangga di pekarangan rumah, korban trauma berat
Begini cara menanggulangi trauma anak karena KDRT, orang tua juga harus diterapi
Polisi ungkap pelaku pembunuhan wanita di Becakayu alami trauma masa kecil