kesehatan

Pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai antikanker, berikut tiga hal penting untuk diperhatikan

Selasa, 7 Oktober 2025 | 15:45 WIB
Dr. apt. Rifki Febriansah, M.Sc. (Dok. UMY)

HARIAN MERAPI - Kasus kanker terus menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun. Data World Health Organization (WHO) pada 2024, lebih dari 20 juta kasus baru di seluruh dunia.

Dari jumlah tersebut angka kematian mencapai 9,7 juta jiwa. Di Indonesia sendiri, kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi setelah penyakit jantung dan stroke.

Hal tersebut diungkap Dosen Prodi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Dr. apt. Rifki Febriansah, M.Sc., baru-baru ini.

Baca Juga: Ini kewajiban TikTok yang sudah dipenuhi sehingga Kemkomdigi cabut pembekuan izin

Ia pun menekankan pentingnya pemanfaatan herbal sebagai upaya pencegahan sekaligus terapi pendamping dalam pengobatan kanker. Menurutnya, tren kenaikan pasien kanker harus disikapi serius, tak hanya oleh tenaga medis tetapi juga oleh masyarakat luas.

“Fenomena pasien kanker setiap tahun semakin banyak, sehingga perlu peran serta tenaga kesehatan, dosen dan pihak-pihak lain untuk membantu menekan jumlah penderita maupun memperbaiki kondisi pasien,” paparnya.

Pemanfaatan bahan-bahan alami, lanjut Rifki, bisa menjadi salah satu solusi, apalagi banyak penelitian menunjukkan herbal dapat membantu mencegah sekaligus meringankan kanker.

Ia menjelaskan, sejumlah tanaman herbal lokal terbukti mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat melawan kanker. Rimpang seperti temulawak, kunyit, dan jahe kaya akan kurkumin yang berkhasiat sebagai antikanker.

Baca Juga: BRI Peduli kembali meluncurkan Program Pemberdayaan Purna Pekerja Migran Indonesia di Lombok

Ada pula sayuran seperti kubis dan brokoli mengandung sulforafan, serta tanaman liar seperti ciplukan memiliki fisalin yang dapat menekan pertumbuhan sel kanker.

Pihaknya di Prodi Farmasi UMY pun telah melakukan penelitian bahan-bahan tersebut. Meski diakui, herbal bukanlah pengganti terapi medis, melainkan sebagai pendamping.

Artinya, pengobatan kanker tetap harus komprehensif sesuai anjuran dokter. Herbal dapat dikonsumsi dengan jeda waktu dua hingga tiga jam setelah pasien minum obat medis, sehingga manfaatnya bersifat komplementer.

Baca Juga: Penemuan potongan tubuh korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny jangan diperdebatkan, begini pesan Ketua Basarnas

“Herbal lebih tepat disebut terapi penyerta. Obat dari dokter tetap dikonsumsi, dan herbal bisa membantu memperkuat efeknya. Aman dikonsumsi jika diberi jeda waktu dua sampai tiga jam setelah obat kimiawi diminum,” jelasnya.

Halaman:

Tags

Terkini