ekonomi

Pesta Property Expo, APERSI Jateng-DIY: Pangsa Pasar Properti DIY Sangat Terbuka Lebar

Selasa, 23 Januari 2024 | 06:30 WIB
Branch Manager BTN KC Yogyakarta, Arjuna Putra Kinasih pada acara Pesta Property Expo di Atrium Pakuwon Mall, Condongcatur, Depok, Sleman. (Foto: Awan Turseno)

HARIAN MERAPI - Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) Jateng-DIY, Slamet Santoso optimis, bisnis perumahan (properti) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih terbuka lebar.

Bukan hanya perumahan sederhana dan bersubsidi, hunian mewah juga masih terbuka luas untuk dikembangkan di wilayah DIY dan sekitarnya. Apalagi, dibangunnya jalan Tol, menjadikan bisnis ini menjadi lebih cerah.

“Pangsa pasar perumahan di DIY masih sangat cerah. Bukan hanya rumah sederhana tetapi rumah mewah pun juga akan mudah laku,” kata Slamet Santoso usai membuka event Pesta Property Expo di Atrium Pakuwon Mall, Condongcatur, Depok, Sleman, Senin (22/1/2024) sore.

Baca Juga: Tahun 2024 REI DIY prediksi pasar properti menggeliat, ini alasannya

Pameran yang digelar Pro Expo kerja sama dengan Bank BTN, dilaksanakan selama 7 hari dari 22-28 Januari 2024, diikuti sekitar 51 developer (pengembang) di wilayah DIY.

Dijelaskan Slamet, properti di Yogyakarta khusus untuk menengah ke bawah, atau perumahan dengan masyarakat berpenghasilan rendah, mengalami pertumbuhan diatas 10 persen. Sedangkan untuk properti kelas menengah keatas, tingkat pertumbuhan berkisar tujuh persen.

Saat pandemi Covid-19, untuk rumah subsidi masih sangat bagus atau tetap tumbuh. Apalagi pasca pandemi, pada tahun 2023 dari kuota rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah, dari kuota 220 unit, hingga bulan November sudah habis terserap atau terjual.

Baca Juga: Berantas mafia tanah, ini usulan Perkumpulan Konsultan Hukum Pertanahan Konstruksi dan Properti

“DIY sangat potensial untuk pemasaran rumah bersubsidi. Dalam satu tahun bisa mencapai 500 unit. Sayangnya, kuotanya terbatas,” ungkapnya.

Menurutnya, pangsa pasar terbesar untuk perumahan bersubsidi berada di wilayah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Tetapi, jika dilihat dari harga tanah di kedua lokasi tersebut sangat berat untuk diwujudkan.

Alternatif yang paling memungkinkan adalah di Gunungkidul, Bantul dan Kulonprogo, meski secara serapan pasar masih tergolong kecil. Yaitu dalam satu bulan diprediksi hanya mencapai 15 unit.

Baca Juga: Pajak Hiburan dinilai memberatkan, ASTI ajukan Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi

"Tren rumah bersubsidi dengan harga Rp 166 juta sesuai peraturan pemerintah tetap akan menjadi sasaran. Apalagi ada bantuan untuk generasi milenial seperti subsidi uang muka, bantuan biaya administrasi, bagi yang berpenghasilan kurang dari Rp 8 juta,” lanjutnya.

Begitu pula adanya jalan Tol yang melintas Yogyakarta, potensi bisnis properti sangat luar biasa terutama untuk rumah tipe menengah keatas. Konsumen membeli rumah seharga Rp 1 miliar keatas bukan menjadi tujuan utama sebagai tempat tinggal sendiri, tetapi lebih mengutamakan untuk berinvestasi.

Lokasi yang diburu pembeli tidak fokus lagi di pusat kota, tetapi lebih bergeser ke daerah yang dekat dengan exit Tol seperti wilayah Kapanewon Gamping, Kalasan maupun Prambanan.

Halaman:

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB