Baca Juga: Kaukus Perempuan Berdaya di Temanggung, Berjuang Lewat Gerakan Politik di Parlemen
Sementara itu, Pak TeO memaparkan untuk mewujudkan kemandirian pangan dengan sistem pertanian organik ada banyak hal dapat diraih terapkan.
“Antara lain dapat diawali dengan mewujudkan keluarga mandiri pangan, seperti dengan kata-kata berbahasa Jawa, yaitu, Nandur apa sing isa dipangan, mangan apa sing ditandur,” ungkapnya.
Tak kalah penting, sebut Pak TeO, yakni perlu adanya kebersamaan atau kolaborasi, kesepakatan bersama, bersemangat dan beraksi atau berbuat, alias jangan omong saja (jos).
Ditambahkan, sehari sebelum rombongan dari kelompok tani asal Blora, Pokja 3 TP PKK DIY sinergi dengan Yayasan Kita Bisa juga menggelar kegiatan di Joglo Tani.
Kegiatannya bertajuk, Sosialisasi dan Pelatihan Ketahanan Pangan Berbasis Masyarakat Menuju Indonesia Emas dan Kemandirian Pangan di Tingkat Keluarga.
Kegiatan dibuka langsung oleh Wakil Ketua I TP PKK DIY, GKBRAA Paku Alam (Gusti Putri). Peserta kegiatan terutama perwakilan Pokja 3 TP PKK Kabupaten/Kota serta dari TP PKK DIY.
Pada hari yang sama, salah satu PNS yang juga praktisi/hobi bidang pertanian asal Bekasi, M. Unggul Abdul Fattah dan sejumlah rekannya berkunjung ke Joglo Tani serta diskusi dengan Pak TeO.
Menurut Unggul, di saat banyak orang berlomba mengejar modernitas yang instan, di Joglo Tani dapat belajar kembali mengabdi pada bumi. Ataupun belajar merawat kehidupan melalui pertanian organik yang terpadu.
“Joglo Tani adalah bukti konkret, pertanian organik dan terpadu itu sangat mungkin dilakukan, menguntungkan dan menyehatkan. Ini adalah oase inspirasi bagi siapa saja yang merindukan kemandirian pangan dan kelestarian alam,” urainya.
Unggul juga berharap, Joglo Tani bisa terus berkembang, lestari dan menjadi jujugan maupun pusat edukasi yang melahirkan ribuan petani-petani baru yang berdaulat, mandiri dan berkarakter.*