HARIAN MERAPI - Swasembada pangan ditargetkan terwujud dalam waktu empat tahun pada Pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto.
"Kami yakin, kalau target beliau empat tahun, kami yakin, sangat yakin bahwa itu bisa dicapai. Kenapa? Dulu kita (pernah) swasembada, itu (selama) tiga tahun dan itu empat kali (panen)," ujar Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di Jakarta, Kamis (17/10/2024).
Amran menyampaikan komoditas beras akan menjadi fokus utama dalam menyukseskan swasembada pangan. Setelah beras berhasil, kata dia, fokus swasembada berikutnya adalah jagung.
Baca Juga: Gelaran Debat Perdana, Calon Tunggal Etik-Sapto Sampaikan Visi Misi Pilkada Sukoharjo 2024
Menurut Amran, peningkatan produksi beras dan jagung tersebut harus dilakukan satu per satu agar target swasembada pangan bisa tercapai.
"Kita satu-satu, selesaikan satu-satu. Yang paling penting adalah pangan. Pangan paling penting, paling utama beras, kalau itu tidak ada, bisa bermasalah negeri ini," ucapnya seperti dilansir Antara.
Swasembada pangan menjadi salah satu misi dalam program Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Beberapa program kerja yang akan dilakukan, di antaranya melanjutkan dan menyempurnakan program kawasan sentra produksi pangan atau food estate secara berkelanjutan, terutama untuk komoditas padi, jagung, singkong, kedelai, dan tebu.
Ditargetkan minimal empat juta hektare tambahan luas panen tanaman pangan tercapai pada 2029.
Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan bahwa pemerintahan mendatang harus menciptakan pertanian yang terarah sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan target swasembada pangan.
Menurut dia, pertanian saat ini belum terarah karena banyak petani yang masih menanam komoditas berdasarkan tren tanpa mempertimbangkan kebutuhan pasar.
Akibatnya, ketika panen tiba, harga komoditas tersebut anjlok karena pasokan berlebih.
Baca Juga: Rutan Salatiga Gelar Program Literasi Membatik untuk Warga Binaan Pemasyarakatan, Ini Tujuannya
"Petani itu seperti jalan sendiri-sendiri. Kalau ada informasi komoditas tertentu sedang bagus, semua petani langsung menanamnya. Setelah panen berbarengan, harganya hancur," kata Khudori.