BILA di rumah Anda ada lansia pikun, berhati-hatilah, jangan sampai lepas pengawasan. Jauhkan dari barang-barang berbahaya, baik yang membayakan diri sendiri maupun orang lain.
Seperti kasus yang terjadi di Kulonprogo, tepatnya di Dusun Sibolang, Jatimulyo, Girimulyo, seorang lansia HS (72) membakar kasur hingga berakibat fatal, rumah terbakar. Untung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa yang terjadi Selasa siang pekan lalu.
Mengapa HS membakar kasur ? Namanya saja pikun, ia mengira kasur tersebut sebagai tungku. Awalnya ia hendak merebus air dengan ceret. Setelah ceret diisi air, kemudian diletakkan di atas kasur dan langsung dinyalakan.
Baca Juga: Horoskop peruntungan Shio Kerbau tahun 2023, masa damai dan mendapatkan kembali pijakan
Api pun membakar kasur dan nyalanya makin membesar. Lantaran kepanasan HS berlari menyelamatkan diri dan minta tolong kepada tetangga.
Namun api telanjur membesar dan membakar perabot rumah tangga, termasuk TV miliknya. Kebakaran tersebut pun telah dilaporkan ke polisi. Penyebabnya sudah jelas, yakni HS membakar kasur yang dikiranya tungku. Namanya pikun, tak bisa mengingat dengan baik apapun yang ada di hadapannya.
Meski begitu, HS masih bisa berinisiatif meminta pertolongan tetangga, sehingga tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Rasanya tidak ada yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum atas peritiwa terbakarnya rumah HS. Apalagi penyebabnya sudah jelas. Hanya saja, perlu didalami, siapa saja yang tinggal di rumah HS.
Baca Juga: Pembukaan pameran potensi Desa Preneur dimeriahkan langgam Sidoluhur dan seni reog Sri Kuncoro
Ini penting, mengingat HS dalam keadaan pikun, sehingga semua tindakannya tak bisa dipertanggungjawabkan. Seperti halnya anak-anak dalam pengampuan, tanggung jawab pada orang tua. Karena itu, mestinya ada kerabat yang menjaga HS sehingga tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.
Kalau di rumah tersebut tidak ada orang lain, HS sebaiknya diserahkan ke lembaga atau Dinas Sosial agar ditempatkan di rumah jompo atau sejenisnya. Di rumah khusus itu semua terkontrol karena ada petugas yang mengurusi dan mengawasi. Andai keluarga abai, pengurus RT atau RW bisa mengambil inisiatif untuk membawa yang bersangkutan ke panti jompo.
Peristiwa di atas sangat kasuistis. Karena tidak semua orang yang berusia 72 tahun seperti HS sudah pikun. Bahkan sebaliknya, banyak di antara mereka justru masih produktif. Bahkan, di Amerika Serikat usia 70 tahun lebih bisa menjadi presiden. Boleh jadi HS kurang mendapat perhatian dari keluarganya sehingga mengalami kepikunan. (Hudono)