-
ilustrasi AGAKNYA, PR (50) warga Seyegan Sleman termasuk penjahat spesialis pengincar janda. Dengan berpura-pura sebagai polisi berpangkat Aiptu, setidaknya ia berhasil memperdaya 4 janda yang tersebar di empat kabupaten di DIY. Perkenalan antara pelaku dengan korban diawali dari pertemanan lewat media sosial. Setelah hubungan makin intens, pelaku mengajak ketemu darat dan dari situlah pelaku mulai memoroti uang korban. Modusnya tergolong konvensional, yakni dengan meminjam uang untuk bayar kos, memperbaiki mobil dan sebagainya. Anehnya, para korbannya percaya begitu saja dan langsung memberikan uang seperti yang diminta pelaku. Mudah ditebak, begitu uang diberikan, pelaku langsung kabur. Untungnya salah seorang korban, Frs (41) warga Sendangadi Mlati Sleman berinisiatif melapor ke polisi sehingga melalui penjebakan pelaku berhasil diringkus. Frs kehilangan Rp 5,5 juta karena ditipu pelaku yang menjanjikan akan menikahinya. Entah mengapa, rata-rata korbannya percaya begitu saja bahwa PR polisi yang berdinas di bagian serse Polres Kulonprogo. Apalagi, setiap bertemu dengan korbannya, PR menggunakan kaos bertuliskan polisi. Menurut pengakuan pelaku, kaos tersebut ia beli di koperasi daerah Depok Sleman. Tentu bukan salah koperasinya menjual kaos bertuliskan polisi atau lainnya. Sebab, orang yang mengenakan kaos polisi belum tentu polisi. Begitu pula orang yang mengenakan kaos bertulisan tentara AS, belum tentu tentara AS. Tulisan bukanlah atribut resmi korps, sehingga semua orang tahu bahwa itu hanya sekadar suvenir. Dan semua orang juga bisa mendapatkan kaos bertuliskan polisi. Pertanyaannya, apakah hanya dengan bermodal kaos bertuliskan polisi, dengan mudahnya bisa menggaet janda? Sebaliknya, mengapa para janda begitu percaya bahwa pelaku adalah polisi hanya karena mengenakan kaos bertuliskan polisi? Sepertinya para korban hanya percaya pada penampilan. Boleh jadi penampilan PR sangat meyakinkan dengan berlagak polisi, apalagi mengenakan kaos bertuliskan polisi pula. Fakta sosial, profesi polisi masih didambakan para perempuan, termasuk para janda, karena dianggap memberi jaminan hidup yang kuat. Sehingga, begitu PR berjanji menikahi korban, mereka makin percaya dan bersedia memenuhi permintaan pelaku. Ternyata, PR adalah polisi gadungan alias orang yang mengaku-aku sebagai polisi. Kedoknya pun terbongkar setelah korbannya melapor ke polisi beneran. Karenanya, wahai para janda jangan gampang percaya pada omongan dan penampilan laki-laki. Harus cek dan recheck agar tidak tertipu. (Hudono)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi