-
ilustrasi RASANYA tidak ada alasan pembenar bagi siapapun, termasuk orang tua, untuk membuang bayinya. Namun kasus pembuangan bayi terus saja terjadi dengan alasan beragam, mulai dari latar belakang hubungan gelap orang tua bayi hingga masalah ekonomi. Ironisnya, mengapa bayi tak berdosa itu harus dibuang ? Bukankah ada cara yang lebih baik dan tak melanggar hukum, misalnya menyerahkan kepada instansi atau dinas sosial agar bayi tersebut dipelihara ? Entahlah, apa yang terlintas di pikiran orang yang membuang bayi. Mereka hanya mau enaknya, tak mau mengurus sehingga bayi pun diletakkan di pinggir jalan. Untung ada orang lewat sehingga menyerahkan bayi tersebut ke polisi kemudian dirawat di rumah sakit. Peristiwa inilah yang terjadi di Dusun Gandok, Tambakan, Sinduharjo, Ngaglik Sleman beberapa hari lalu. Seorang bayi laki-laki sehat ditemukan di pinggir jalan dalam keadaan terbunkus kain jarik yang dimasukkan dalam kardus. Ditemukan pula secarik kertas bertuliskan nama bayi dan kata ‘tolong’. Siapa orang yang tega membuang bayi tersebut ? Diduga pelakunya adalah orangtua bayi tersebut. Soal apa latarbelakangnya, tergantung hasil investigasi petugas nanti. Tapi, mengapa ada tulisan minta tolong ? Bisa ditebak pelaku tak ingin bayinya sengsara, apalagi sampai meninggal. Karena itu, niat awal pelaku mudah diduga, yakni agar bayinya ditemu orang untuk kemudian dirawat secara layak. Karena itu, hukum membedakan pembuangan bayi dengan motif yang berbeda. Yakni dibuang di tempat yang sepi dengan maksud agar bayi tersebut tidak ditemukan hingga meninggal, dan dibuang di tempat ramai dengan maksud agar ditemu orang. Yang disebut pertama jauh lebih jahat karena pelaku patut menduga bayi tersebut akan meninggal karena tidak ditemu orang. Ada pula, bayi dibunuh terlebih dulu untuk kemudian dibuang di kali atau tempat lain. Ini dinamakan sebagai pembunuhan bayi yang ancaman pidananya tentu lebih berat ketimbang membuang bayi dalam keadaan hidup dengan maksud ditemu orang. Sulit dimengerti akal sehat, mengapa ada orang tua tega membuang bayinya sendiri. Padahal, banyak cara bisa dilakukan untuk menyelamatkan bayi sekaligus juga mengurangi beban ekonomi keluarga, misalnya dengan menawarkan orang lain untuk mengadopsi. Hampir dipastikan bila tawaran adopsi ini dipublikaskan akan banyak orang yang berminat. Tapi harus hati-hati, jangan sampai adopsi ini kemudian mengarah perdagangan bayi, karena akan berdampak hukum. (Hudono)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi