BANYAK akal bagi pencuri untuk mengelabui petugas. Mulai dari pura-pura gila hingga mengaku mengidap penyakit HIV/AIDS. Modus yang disebut terakhir ini nampaknya fenomena baru. Mana ada orang ingin mengidap HIV/AIDS. Semua orang tahu, bila terkena virus ini sangat sulit untuk disembuhkan, bahkan sering muncul ungkapan tinggal menunggu waktu.
Inilah modus yang digunakan SA (41), warga Balikpapan yang ditangkap petugas karena terlibat pencurian kendaraan bermotor di kawasan Bulaksumur UGM beberapa hari lalu. Namun petugas tak percaya begitu saja, dan SA langsung dicek darah. Ternyata ia tidak mengidap HIV/AIDS. Mungkin, bayangan SA, bila petugas percaya dirinya mengidap HIV/AIDS, bakal dilepas.
Padahal, hukum tidaklah demikian. Bahkan, sekalipun yang bersangkutan mengidap HIV/AIDS bila melakukan pencurian atau kejahatan lainnya, tetap diproses hukum tanpa kecuali. Apalagi, virus tersebut tidak gampang menular hanya karena pengidapnya tertangkap tangan. Ia baru potensial menular bila penderita berhubungan badan, atau tertular melalui jarum suntik.
Dasar maling, ada saja ulahnya untuk mengelabui petugas. Setelah ditelisik, SA bukan sekali ini terlibat curanmor. Bahkan ia merupakan residivis untuk kasus yang sama. Biasanya ia memilih sasaran motor yang ditinggal pemiliknya dalam kondisi kunci kontak masih menggantung, sehingga sangat mudah dibawa kabur.
Karena itu petugas sering mewanti-wanti masyarakat untuk waspada sebelum meninggalkan motornya. Jangankan meninggalkan motor dengan kunci kontak tergantung, sudah dikunci dengan baik saja masih bisa diembat.
Pelaku biasanya menggunakan kunci T untuk membongkar kontak motor agar bisa dibawa lari. Untuk motor-motor baru, terutama jenis matic disarankan selain menutup kontak, juga mengunci stang dengan arah terbalik (ke kanan). Biasanya orang mengunci stang dengan arah ke kiri. Ini bukan berarti motor tak bisa dibobol, tapi paling tidak akan menyulitkan pelaku. (Hudono)