-
ilustrasi
MELIHAT ulah sebagian suporter sepakbola, terkadang sangat tidak rasional. Hanya karena melihat suporter lain, darah langsung mendidih dan muncul nafsu membunuh. Alhasil, jatuh korban nyawa. Fenomena itulah yang terekam dari peristiwa tewasnya seorang supoter anggota The Jakmania, Haringga Sirla pendukung Persija Jakarta karena dianiaya sejumlah suporter pendukung kesebelasan Persib Bandung beberapa waktu lalu.
Haringga dikeroyok oknum suporter lain hanya karena menunjukkan bahwa dia adalah pendukung Persjia. Bagaimana mungkin hanya karena mendukung tim kesayangannya, lantas harus dikejar-kejar dan dianiaya hingga tewas. Bila pembaca melihat rekaman video penganiayaan terhadap Haringga, mungkin tak akan tega, dan pasti akan mengata-ngatai pelaku sangat biadab.
Meski sudah berlari menyelematkan diri dan minta bantuan tukang bakso, tak ada satupun yang menolong korban. Pembantaian baru berhenti setelah Haringga meregang nyawa. Pelaku pun meninggalkan Haringga yang tewas bersimbah darah karena dihajar habis-habisan oleh oknum suporter Persib Bandung. Entahlah, apakah mereka merasa puas setelah berhasil membunuh Haringga. Hati orangtua Haringga hancur setelah mengetahui anaknya tewas di tangan suporter beringas.
Dalam waktu relatif cepat polisi berhasil mengamankan para pengeroyok Haringga. Seperti ditayangkan media, wajah-wajah para pembunuh Haringga tidak menyiratkan rasa penyesalan. Mungkin mereka berpikir hanya akan menerima hukuman ringan, apalagi nanti setelah mendapat remisi dan sebagainya.
Boleh dibilang tindakan kepolisian sangat terlambat. Polisi tidak berada di tempat ketika Haringga membutuhkan perlindungan. Padahal, aksi tersebut terjadi di tempat ramai, di luar stadion tempat pertandingan digelar. Mestinya, polisi juga ditempatkan di luar stadion, bukan hanya di dalam stadion.
Langkah kepolisian Bandung yang berhasil menangkap pelaku dan memprosesnya secara hukum tentu tidak mungkin mengembalikan nyawa Haringga. Orangtua Haringga hanya berharap pelaku dihukum seberat-beratnya.
Aksi kekerasan antarsuporter juga terjadi di DIY, pun mengakibatkan nyawa melayang. Karenanya Wagub DIY Paku Alam X baru-baru ini mengingatkan suporter untuk menahan diri dan menjunjung sportivitas. Nah, di sinilah pentingnya edukasi bagi para suporter. Koordinator suporter seharusnya bertanggung jawab atas ulah anggotanya. Si penanggung jawab seharusnya mengedukasi agar suporter berpikir rasional. Bila mereka hanya menginginkan semua orang mendukung kesebelasan kesayangannya, dan tidak boleh mendukung kesebelasan lawan, pasti ini ada kesesatan berpikir. (Hudono)
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.
Editor: admin_merapi