AKSI heroik Rusdiana (20) mahasiswi asal Samarinda yang berhasil melumpuhkan dua penjambret, patut diapresiasi. Rusdiana mati-matian mempertahankan tasnya saat dua penjambret berboncengan sepeda motor merebut paksa tasnya ketika yang bersangkutan melintas di Jalan Cempaka Putih Deresan Sleman Sabtu malam pekan lalu.
Dalam kondisi terjatuh dari motor, Rusdiana tetap tak mau melepaskan tasnya sehingga dua penjambret ikut terjatuh bersama motornya. Saat itulah Rusdiana berteriak minta tolong sehingga warga berdatangan dan meringkus pelaku. Massa yang marah pun menghajar dua penjambret tersebut, YJ (23) dam RA (25), keduanya warga Condongcatur Depok Sleman. Dalam kondisi babak belur kedua penjambret tersebut kemudian diserahkan ke Polsek Bulaksumur.
Rusdiana boleh dibilang perempuan pemberani. Ia tak menyerah begitu saja menghadapi dua penjambret bersenjata. Bahkan, ia berhasil melumpuhkannya meski melalui bantuan warga. Tindakan seperti ini memang berisiko, namun cukup menginspirasi para perempuan yang selama ini dikesankan lemah.
Korban sepertinya juga telah berhitung. Meski saat itu suasana tempat kejadian relatif sepi karena sudah pukul 21.30, tetap saja masih ada orang berseliweran. Sehebat apapun penjahatnya, bila berhadapan dengan massa pasti akan kalah. Terbukti, begitu Rusdiana berteriak minta tolong, dua penjambret tak berkutik karena warga segera datang. Bahkan, dua penjambret tersebut tak sempat menuju motornya yang ambruk. Jurus berteriak ternyata masih efektif untuk mengusir penjahat. Tak harus korban perempuan, laki-laki pun bisa berteriak menghadapi pelaku kejahatan.
Terkait peristiwa tersebut, pihak kepolisian mengimbau warga agar tidak melewati tempat yang sepi karena rawan kejahatan. Inilah yang perlu jadi catatan penting. Mestinya, petugas juga mengantisipi tempat-tempat sepi, misalnya dengan melakukan patrol intensif. Selain itu, kepolisian bisa berkoordinasi dengan masyarakat sekitar untuk menggalakkan patroli bersama, sehingga bila ada kejadian bisa segera diatasi.
Tindakan massa yang menghajar dua penjambret tentu bisa dimaklumi sebagai reaksi spontan atas kemarahan mereka. Masih mendingan motor pelaku tidak dibakar. Dalam beberapa kasus, massa membakar motor penjahat lantaran tak bisa mengontrol emosi. Sudah tepat bila akhirnya dua penjahat tersebut diserahkan kepada polisi untuk diproses hukum. (Hudono)