cermin

Copet Berkomplot

Selasa, 17 April 2018 | 21:06 WIB

 
-
ilustrasi COPET ada di mana-mana, mulai dari angkutan umum, mal hingga kafe. Mereka beraksi secara berkelompok dengan pembagian tugas yang rapi. Ada yang berperan sebagai pengalih perhatian, eksekutor sampai pembawa barang curian. Acap korban tak sadar telah menjadi korban pencopetan karena asyik mengobrol atau melakukan aktivitas lainnya dengan pengecoh yang notabene anggota jaringan copet. Beberapa hari lalu, aparat kepolisian meringkus dua anggota komplotan copet yang beraksi di kafe. Mereka berhasil diringkus setelah mendapat laporan dari korbannya, Hilda Ariska (20), warga Gondang Klaten yang kehilangan HP saat berada di kafe kawasan Jalan Magelang Sinduadi Mlati Sleman bersama rekan-rekannya. Seperti biasa, HP diletakkan di meja, kemudian ia mengobrol dengan teman-teman. Komplotan copet pun berbagi tugas, ada yang nimbrung ikut ngobrol bersama korban, ada pula sang eksekutor yang mengincar HP korban saat lengah. Momen itu pun datang dan secepat kilat HP korban sudah tidak berada di tempat semula. Selanjutnya sang eksekutor menyerahkan kepada anggota komplotan untuk membawa HP tersebut keluar. Itulah cara kerja copet yang cukup rapi hingga Hilda tidak sadar telah kehilangan HP-nya. Andai tak ada CCTV mungkin pelaku bisa lolos. Namun rekaman CCTV di kafe tersebut mampu menunjukkan secara detail dua pelaku yang ngembat HP korban. Berbekal rekaman itulah polisi berhasil mengidentifikasi pelaku dan kemudian meringkusnya di rumah masing-masing. Peristiwa di atas masuk kategori pencurian sebagaimana diatur Pasal 363 KUHP tentang pencurian yang dilakukan dua orang atau lebih dengan bersekutu atau berkomplot, dengan ancaman pidana maksimal tujuh tahun penjara. Bersekutu berarti ada kerja sama antara satu orang dengan orang lainnya. Dalam menjalankan aksinya, komplotan pencopet ini memang tidak menggunakan cara kekerasan atau paksaan, melainkan memanfaatkan kelengahan korbannya, antara lain dengan mengalihkan perhatian korban. Tentu ini berbeda dengan perampokan yang menggunakan pendekatan kekerasan dan memaksa. Meski begitu, keduanya tetap masuk kategori pencurian yang intinya mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain dengan maksud dimiliki secara melawan hukum. Menghadapi kejahatan yang pelakunya terorganisir, masyarakat tentu harus lebih hati-hati, antara lain tidak menaruh barang berharga di tempat yang rawan dicuri. (Hudono)

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Perlu penertiban pengamen di Jogja 

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:00 WIB

Begini jadinya bila klitih melawan warga

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Juragan ikan ketipu perempuan, begini modusnya

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ngeri, pekerja tewas di septic tank, ini gara-garanya

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:00 WIB

Pak Bhabin kok urusi kawin cerai

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:30 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Waspadai bukti transfer palsu

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:30 WIB