cermin

Remaja Super Sadis

Sabtu, 27 Januari 2018 | 06:44 WIB
Remaja Super Sadis

-
KENAKALAN remaja saat ini berbeda dengan dulu. Kalau dulu, paling-paling hanya tawuran, pun tak menimbulkan korban jiwa. Namun sekarang, sungguh di luar perkiraan. Bukan kekerasan biasa, namun luar biasa karena sudah merenggut nyawa orang lain. Bukan pula pencurian biasa, melainkan dengan pemberatan dan kekerasan. Lagi-lagi, nyawa orang lain melayang.

Sekadar menyebut contoh baru-baru ini, perampokan dan pembunuhan sopir taksi online , Dani Setiawan (32) di Semarang, ternyata dilakukan dua siswa SMK Negeri 5 Semarang, IB (16) dan TA (15). Mereka nekat merampas taksi, dan sadisnya lagi, menggorok sang sopir saat mengemudikan mobilnya. Karena lukanya sangat serius, korban tak bisa diselamatkan. Sopir taksi itu meregang nyawa di saat sedang mencari nafkah untuk keluarganya.

Sulit diterima akal sehat, bagaimana mungkin anak umur 16 tahun dan 15 tahun tega melakukan kejahatan yang super sadis. Adakah para aktivis perlindungan anak yang membela mati-matian agar kedua anak tersebut tidak dipenjara melainkan hanya ‘dibina’ ? Bagaimana seandainya korbannya adalah keluarga mereka ?

Tindakan kedua pelajar SMK ini sudah sangat keterlaluan dan jauh melampaui batas-batas kemanusiaan. Sudah begitu, mereka masih berdalih bahwa tindakannya (merampok dan membunuh) untuk mendapatkan uang guna membayar SPP. Lengkap sudah kejahatan yang dilakukan dua remaja itu. Kalau merampok dan membunuh dengan cara sangat sadis itu oleh mereka dianggap biasa, apalagi hanya berbohong.

Mereka bukanlah dari keluarga tak mampu secara ekonomi. Orangtua IB dan TA adalah pegawai negeri sipil (PNS). Tak jelas apakah orangtua mereka memperhatikan pendidikan anaknya atau tidak, atau jangan-jangan hanya sekadar memberi uang dan seolah selesai tanggung jawabnya. Tidakkah orangtua punya empati kepada korban yang tewas karena digorok anaknya ?

Anak-anak nakal yang perilakunya tak terkendali, beringas, dan sadis tetap harus mendapat hukuman yang setimpal sesuai undang-undang. Tak ada diversi (penyelesaian di luar hukum) bagi IB dan TA. Mereka harus diajari bertanggung jawab atas perbuatannya. Ke depan, para orangtua, guru tak boleh lagi lengah memantau anak didiknya. Anak yang di sekolah dan di rumah terlihat penurut, belum tentu berperilaku sama di luar. (Hudono)

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Perlu penertiban pengamen di Jogja 

Minggu, 21 Desember 2025 | 09:00 WIB

Begini jadinya bila klitih melawan warga

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:30 WIB

Juragan ikan ketipu perempuan, begini modusnya

Minggu, 21 Desember 2025 | 08:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Ngeri, pekerja tewas di septic tank, ini gara-garanya

Minggu, 14 Desember 2025 | 09:00 WIB

Pak Bhabin kok urusi kawin cerai

Minggu, 14 Desember 2025 | 08:30 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Waspadai bukti transfer palsu

Jumat, 12 Desember 2025 | 12:30 WIB