HARIAN MERAPI - Mengapa jiwa pemaaf mampu membawa seseorang pada pribadi yang mulia?
Pemaaf merupakan salah satu akhlak terpuji yang harus dimiliki oleh tiap-tiap orang beriman.
Ada sebagian orang beranggapan bahwa meminta maaf itu merupakan sesuatu mudah untuk dilakukan, namun tidak semua orang bisa memaafkan.
Baca Juga: Pemkot Magelang gelar festival anggaran, isi festival sungguh tidak disangka
Terkadang memang ada benarnya, memaafkan memang bukan perkara yang mudah.
Namun perlu diperhatikan, jika kita sulit memaafkan, maka akan banyak dendam di hati kita, terlebih kita akan sulit melupakan kesalahan orang lain terhadap apa yang diperbuat kepada kita.
Pemaaf adalah sifat yang memang perlu dimiliki untuk membangun suatu karakter seseorang.
Bukan berarti memaksakan harus untuk memiliki sifat pemaaf, namun terkadang perlu kita belajar, dilatih, bagaimana kita menumbuhkan sifat itu.
Pemaaf adalah sifat mulia yang akan menjadikan seseorang menjadi mulia karenanya.
Dan sikap terpuji yang seperti inilah yang akan menjadikan interaksi antar manusia menjadi semakin harmonis, menyenangkan, dan penuh keberkahan.
Baca Juga: Yayasan Astagina Adi Cahya fasilitasi rumah singgah dan edukasi bagi anak penyintas kanker
Banyak sekali Allah mengajarkan kepada kita agar menjadi pribadi yang pemaaf, melalui kisah cerita dari umat terdahulu,
Seperti kisah salah satu khalifah yaitu, Abu Bakar as-Shidiq yang menjadi sebab-sebab diturunkannya ayat berikut ini:
“Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dad. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nur, 24:22)
Allah akan memberikan pengampunan bagi orang-orang yang mudah memberikan maaf, dan menyediakan balasan surga bagi mereka.