HARIAN MERAPI - Kesehatan jiwa adalah kondisi mental yang seimbang dan stabil, di mana seseorang dapat berpikir, merasa, dan berperilaku dengan baik, serta dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Kesehatan jiwa mencakup aspek-aspek seperti: (a) keseimbangan emosi: kemampuan untuk mengelola emosi dan perasaan dengan baik, (b) keseimbangan pikiran: kemampuan untuk berpikir dengan jernih dan logis, (c) keseimbangan perilaku: kemampuan untuk berperilaku dengan baik dan sesuai dengan norma-norma sosial, serta (d) keseimbangan sosial: kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dan membangun hubungan yang sehat.
Kesehatan jiwa yang baik dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, termasuk:
(a) meningkatkan kemampuan untuk berpikir dan belajar, (b) meningkatkan kemampuan
untuk berinteraksi dengan orang lain, (c) meningkatkan kemampuan untuk menghadapi stres
dan kesulitan, (d) meningkatkan kemampuan untuk mencapai tujuan dan impian, serta (e)
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Baca Juga: Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten
Sebaliknya, kesehatan jiwa yang buruk dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang,
termasuk: (a) mengalami kesulitan untuk berpikir dan belajar, (b) mengalami kesulitan untuk
berinteraksi dengan orang lain, (c) mengalami kesulitan untuk menghadapi stres dan kesulitan, (d) mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan dan impian, serta (e) mengalami penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan jiwa sangat penting untuk mencapai kualitas hidup yang baik.
Al-Qur’an sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan di dunia ini telah memberikan
tentang rambu-rambu bagi setiap manusia untuk menjaga kesehatan jiwanya. Berikut ini beberapa ayat Al-Qur’an yang memberikan tuntunan bagaimana menjaga kesehatan jiwa bagi seorang muslim; yakni:
Pertama, mendapatkan karunia yang sangat besar dari-Nya. Firman Allah SWT: “Sungguh
Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara
mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali Imran; 3:164).
Kedua, menjaga kesucian jiwa dimulai dari upaya preventif. Firman Allah SWT: “Maka
berjalanlah keduanya; hingga ketika keduanya berjumpa dengan seorang anak muda, maka dia
membunuhnya. Dia (Musa) berkata, ''Mengapa engkau bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.'' (QS. Al-Kahfi; 18:74).
Baca Juga: DIY Terima 50 Becak Listrik dari KAI, Sri Sultan Tekankan Solusi Pengganti Bentor
Ketiga, janganlah seseorang merasa dirinya adalah orang yang suci. Firman Allah SWT:
“(Yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An-Najm; 53:32).
Keempat; diilhamkan kepada manusia dua jalan (kefasikan dan ketakwaan). Jangan sampai
menjadi orang yang merugi karena mengambil jalan kefasikan. Firman Allah SWT: “Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syam; 91:9-10).
Kelima, orang yang menyucikan hatinya adalah mereka yang lebih memperhatikan kehidupan
akhirat. Firman Allah SWT: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan diri (dengan beriman), dan mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat. Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la; 87:14-17).
Keenam, Allah SWT menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit
pun. Firman Allah SWT: “Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci (orang Yahudi dan Nasrani)? Sebenarnya Allah menyucikan siapa yang Dia kehendaki dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. Perhatikanlah betapa mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Cukuplah perbuatan itu menjadi dosa yang nyata (bagi mereka). Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang (Yahudi) yang telah diberi bagian (pengetahuan) dari Kitab (Taurat), (betapa) mereka percaya kepada jibt dan tagut serta mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah) bahwa mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (QS. An- Nisya’; 4:49-51).
Baca Juga: Resmikan RPB Trangsan, Menteri UMKM Lepas Ekspor Produk Rotan UMKM ke Spanyol
Ketujuh, janji Allah SWT bagi orang-orang yang menjaga kesucian hati (kesehatan jiwanya)
adalah surga ‘Adn yang di bawahnya mengalir sungai-sungai yang sangat indah dan merteka kekal selamanya di dalamnya. Firman Allah SWT: “(yaitu) surga-surga ‘Adn, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah balasan bagi orang yang menyucikan diri.” (QS. Thaha; 20:76).