HARIAN MERAPI - Jangan sepelekan mata merah karena peradangan karena dapat berdampak serius pada kesehatan mata.
Bahkan, menurut dokter mata, mata merah karena peradangan atau uveitis dapat mengakibatkan kebutaan.
Mata merah karena peradangan disebut juga uveitis yang merupakan kondisi serius pada mata, menjadi salah satu penyumbang angka kebutaan setelah katarak dan glaukoma, kata dokter subspesialis infeksi dan imunologi mata dr. Eka Oktaviani Budiningtyas Sp.M.
Baca Juga: Cerita misteri sosok berambut pirang ikut bantu memasak di dapur
“Penyebab kebutaan (karena uveitis) sekitar 20-25 persen. Jadi memang itu world wide, jadi memang secara persentase sekitar itu,” kata dokter yang disapa Vani dalam diskusi kesehatan gangguan retina dan uveitis di Jakarta, Rabu.
Dokter lulusan Universitas Indonesia ini mengatakan diagnosa kasus uveitis masih rendah karena kurangnya kesadaran pasien terhadap mata merah yang sering dianggap remeh atau masalah mata biasa.
Meski jarang terdengar, uveitis adalah suatu kondisi peradangan pada tiga titik utama di dalam mata yakni uveitis anterior yakni mengenai bagian depan atau iris, intermediate atau pada bagian tengah dan posterior yang mengenai saraf mata seperti retina.
Vani menjelaskan kondisi ini bisa terjadi pada rentang usia produktif 20-60 tahun dengan gejala mata merah dengan cairan kental (belek) dan berair, sensitif terhadap cahaya, pandangan buram dengan atau tanpa mata merah, dan floaters atau bayangan di pandangan mata.
“Nah yang paling sering harus ditanyakan ya, apakah gejala ini berulang, recurrent kita bilangnya, jadi kadang-kadang pasien suka bilangnya, ‘iya dok, udah sering nih dok, nanti hilang lagi, nanti muncul lagi’, nanti tuh udah harus curiga tuh, jangan-jangan uveitis,” kata Vani.
Vani menjelaskan, mata merah yang terus berulang jangan dianggap sepele, karena semakin sering berulang maka akan semakin merusak struktur mata dari depan ke belakang dan menjadi peradangan kronik yang berat, sehingga muncul komplikasi seperti katarak, glaukoma, kerusakan retina yang berujung kebutaan.
Ia mengatakan uveitis perlu diwaspadai dari beberapa penyebab seperti infeksi bakteri atau virus, parasit sebesar 30-35 persen, auto imun sekitar 20 persen, trauma benda tumpul, dan idiopathic atau gejala yang tidak dapat diketahui sekitar 30-50 persen yang baru terdiagnosa.
“Kalau ada keluhan mata merah atau buram atau apapun, ingat mata kita cuma dua nih, satu kanan satu kiri, kalau salah satu aja rusak, pasti aktivitas akan terbatas. Jadi kalau ada keluhan mata apapun, segera berobat jangan kita ngobatin sendiri,” kata Vani.
Baca Juga: Manuskrip Islam berumur ratusan tahun tersimpan rapi di Masjid Wapauwe Maluku Tengah
Vani menegaskan jika ada infeksi seperti cacar, TB, trauma mata apapun yang menyebabkan radang, dan anak dengan juvenile idiopathic arthritis (JIA) untuk segera mengkonsultasikan ke dokter mata rutin setiap tiga hingga enam bulan sekali bahkan walaupun tidak ada penyakit penyerta.*