JUDUL di atas mungkin terkesan multitafsir, namun ini hanya sekadar menggambarkan oknum lansia yang tidak tahu aturan dan tak menyadari kelakuan bejatnya. Itulah yang dilakukan AAS (60) warga Kalasan Sleman. Profesinya sebagai tukang pijat, tapi kelakuannya bukan mencerminkan tukang pijat, melainkan predator anak.
Sekurangnya, ia telah mencabuli delapan orang, dua di antaranya masih di bawah umur atau sekitar usia 13 tahun. Awalnya ia memancing anak menggunakan wifi gratis di rumahnya yang kemudian berlanjut menawarkan pijat gratis.
Di momen itulah pelaku memanfaatkan untuk mencabuli korbannya. Padahal korbannya sesama laki-laki. Itulah, orang awam mungkin tidak menyangka bahwa tukang pijat tersebut penyuka sesama jenis.
Baca Juga: Beroperasi Mulai Februari 2025, Kemenhub Siapkan Bus Rute Cibinong-Puncak
Menurut keterangan, tingkah aneh AAS muncul setelah istrinya meninggal. Sebenarnya perilaku menyimpang itu terjadi sejak tahun 2005, namun baru ketahuan belakangan menyusul pencabulan terhadap delapan anak. Itu terungkap setelah korban bercerita kepada ibunya yang kemudian diteruskan ke warga setempat dan polisi, hingga kemudian pelaku ditangkap.
Pelaku tak bisa berkelit dan mengakui telah mencabuli delapan anak laki-laki. Itu baru pengakuan pelaku, boleh jadi korbannya terus bertambah karena belum melapor. Sejauh ini baru dua orang yang melapor ke polisi. Karena itu disarankan para korban yang belum melapor untuk segera melapor ke polisi. Tentu bukan berarti kalau tidak melapor lantas kasusnya tidak diproses, karena ini bukan delik aduan. Polisi bisa membuat laporannya sendiri untuk ditindaklanjuti.
Hal penting untuk diperhatikan para orang tua terkait kasus tersebut, jangan merasa anaknya telah aman ketika bergaul dengan sesama laki-laki, atau tukang pijat. Kasus ini sama sekali bukan untuk mendeskreditkan tukang pijat, melainkan ingin menunjukkan bahwa kejahatan bisa terjadi dan menimpa siapa saja. Orang yang kelihatan baik-baik saja, bisa bersikap sebaliknya.
Baca Juga: Eks Menkumham Yasonna Laoly Dicegah Keluar Negeri
Lelaki menyukai laki-laki memang bukan fenomena baru, namun tetap harus mendapat perhatian serius, karena bisa saja terjadi di lingkungan sekitar kita. Intinya, jangan kendur mengawasi pergaulan anak, bukan berarti mengekang, melainkan selektif dalam pergaulan. Sebab, boleh jadi mereka bergaul dengan predator tanpa mereka sadari. Di sinilah peran orang tua untuk memberi pemahaman agar anak tidak menjadi korban. (Hudono)
| BalasTeruskan Tambahkan reaksi |