Film Subuh dan Jagat Juara dalam FSM, Sandiaga Uno: Sineas Muda Teruslah Berkarya

photo author
- Jumat, 29 April 2022 | 09:45 WIB
Film Subuh terpilih menjadi juara I dalam FSM periode April 2022 dan diumumkan secara daring oleh Sandiaga Uno. ( Foto: Dok BHP UMY.)
Film Subuh terpilih menjadi juara I dalam FSM periode April 2022 dan diumumkan secara daring oleh Sandiaga Uno. ( Foto: Dok BHP UMY.)


JAKARTA, harianmerapi.com - Film Subuh terpilih menjadi juara I dalam ajang Family Sunday Movie (FSM) edisi April 2022 yang dihelat oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), baru-baru ini.

Pengumuman secara daring disampaikan langsung oleh Menteri Kemenparekraf, Sandiaga Uno. Pada periode April 2022 ini, tak kurang dari 109 submisi diikutkan dalam FSM, 77 di antaranya komunitas atau peserta baru.

Menurut Sandiaga Uno, hal tersebut menunjukkan, sineas muda memiliki semangat dan antusiasme yang cukup tinggi terhadap gelaran FSM. Sejak dibuka Februari 2022 lalu, hingga kini sudah ratusan peserta dari berbagai daerah yang berpartisipasi dalam FSM.

Baca Juga: Pengacara Pajak di Indonesia Hanya 250 Orang, 10 di Antaranya Ternyata dari Jogja

“Kami salut kepada sineas muda yang selalu semangat berkarya. Teruslah berkarya dan akan menjadi bagian dari proses pemulihan ekonomi nasional yang terus kami upayakan," papar Sandiaga Uno.

Adapun peringkat kedua dalam FSM periode April 2022 diraih film berjudul “Jagat" karya Sutradara Taufik Fathoni Indra Permana dan di produksi Kine Club UMS.

Khususnya Film Subuh, berawal dari hasil skripsi filmmaker-nya yang saat itu masih menjadi mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Baca Juga: Lima Link Twibbon Gratis Selamat Idul Fitri 1443 H, Lebaran Jadi Lebih Berkesan dan Keren

Dua nama banyak berperan, yakni Achmad Rezi Fahlevie dan Muhammad Wahyu Saputra (sekarang sudah lulus dari UMY), saat itu membuat skripsi yang luarannya adalah karya, salah satunya wujud film.

Keduanya pun membuat film “Subuh” melalui Noise Films dengan Levie sebagai sutradara, Wahyu sebagai produser. Sedangkan dosen pembimbing skripsi keduanya, yakni Budi Dwi Arifianto.

Menurut Levie, konsep awal pembuatan film Subuh tersebut long take tanpa cut. Dalam proses pra produksi, ada insight dari dosen pembimbing untuk memasukan konflik lebih kuat.

Baca Juga: Korlantas Perpanjang Pemberlakuan Arus Satu Arah di Cikampek

“Proses kreatif film Subuh bermula dari pengalaman saya dan beberapa teman saat Kuliah Kerja Nyata atau KKN UMY di sebuah desa di Magelang yang berpenduduk mayoritas Kristiani,” terangnya.

Dalam kesehariannya, sebut Levie, warga menggunakan atribut yang biasa dipakai penduduk muslim, yakni sarung dan peci. Kehidupan toleransi antar warga pun berjalan dengan baik.

“Film ini memiliki konsep pengemasan film yang berusaha tampil beda, karena ide film tentang toleransi itu banyak, tapi di film Subuh ini cara bertuturnya beda,” ujar Levie.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Hudono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X