YOGYA, harianmerapi.com – Gamelan menjadi bagian tidak terlepaskan dari kehidupan masyarakat Yogyakarta. Namun ternyata pengrajin gamelan di Yogyakarta menemui masalah lain saat ini.
Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2021 merilis berbagai temuan yang didapatkan dari para perajin gamelan melalui pembacaan kritis terhadap kebudayaan Yogyakarta yang lebih dalam. FKY 2021 membentuk tim riset untuk menemukan berbagai hal menarik terkait produksi gamelan.
Salah satu anggota Tim Riset FKY 2021 adalah Resa Setodewo. Dia lebih banyak menyoroti fakta soal besalen (rumah produksi gamelan) dan prapen (perapian untuk membuat gamelan) yang menjadi jantung dari proses pembuatan gamelan.
Resa Setodewo mencatat 35 pengrajin gamelan di DIY tergabung dalam Paguyuban Pengrajin Gamelan Yogyakarta (PPGY). Dari jumlah tersebut sekitar sepuluh diantaranya mampu menggarap gamelan perunggu, sisanya menggarap gamelan kuningan dan besi.
Pengrajin gamelan di Yogyakarta tidak semuanya memiliki besalen untuk membuat gamelan perunggu. Bahkan saat ini pembuatan gamelan perunggu yang digarap di besalen hampir tidak ada. Ketiadaan produksi gamelan perunggu di Yogyakarta membuat beberapa gamelan perlu didatangkan dari luar Yogyakarta.
PPGY kemudian berencana membangun besalen untuk gamelan perunggu. Kehadiran besalen gamelan perunggu diharapkan mampu menciptakan ekosistem yang mendukung gamelan sebagai salah satu budaya yang diusung oleh Yogyakarta. Selain itu, keberadaan besalen ini nantinya dapat membuat pengrajin gamelan Yogyakarta mampu bersaing dengan daerah lain di Jawa Tengah.
Baca Juga: Gardu Kuliner dan Sawo Kecik Mengangkat Optimisme Bupati Bantul Terhadap Pandemi
Masalah lain yang ditemukan Resa Setodewo adalah pewarisan. Pewarisan saat ini menjadi masalah terbesar yang dihadapi para pengrajin gamelan di Yogyakarta. Dia mencatat saat ini belum ada penerus pembuat gamelan perunggu di Yogyakarta karena tidak adanya pewarisan yang dilakukan oleh generasi terakhir. Meskipun, upaya pewarisan ini tetap terjadi pada para pengrajin gamelan kuningan dan besi.
Proses pewarisan menjadi perhatian dari para pengrajin gamelan di Yogyakarta. Beberapa pengrajin melakukan proses pewarisan ilmu pembuatan gamelan menggunakan sistem seperti nyantrik.
“Upaya untuk menghidupkan kembali pembuatan gamelan perunggu memiliki tantangan yang tidak mudah. Perlu perhatian dari pemangku kebijakan di wilayah kebudayaan untuk turut berpartisipasi” ungkap Resa Setodewo dalam rilisnya. *