HARIAN MERAPI - WeTV Original Tilik The Series memasuki babak baru, yaitu episode 7.
Di episode terbarunya, Tilik menampilkan sisi lain karakter Bu Tejo yang diperankan oleh Siti Fauziah.
Sosoknya yang selalu menjadi pahlawan bagi masyarakat sekitar dan maju menjadi calon lurah, ternyata selama ini memendam kesedihan yang mendalam.
Dalam satu adegan Bu Tejo sedang menunggu hasil pemungutan suara nampak meneteskan air mata karena merenungi masalah demi masalah yang ia hadapi. Bu Tejo benar-benar menangis dalam adegan itu.
"Persoalan berat yang dihadapi Bu Tejo mulai dari persoalan dengan suami, anak dan juga persoalan lainnya yang membuat saya menangis. Saya benar-benar menangis dalam scene ini," kata Ozi, dalam konferensi pers virtual, Selasa (16/5/2023).
Apa yang dialami Bu Tejo merupakan gambaran umum perempuan dewasa ini. Dalam menjalankan perannya, perempuan seringkali dituntut untuk menjadi sosok yang kuat, tegar, sabar dan pekerja keras.
Baca Juga: Ending Layangan Putus Ungkap Penyebab Lydia Danira Takut Karma Pelakor, Netizen: Kinan Baik Banget
Karakter inilah yang berhasil dihadirkan oleh Siti Fauziah dalam sosok Bu Tejo. Mengingat Bu Tejo memiliki peran ganda dalam kehidupannya yaitu sebagai seorang ibu rumah tangga dan juga calon pemimpin desa.
Lesley Simpson, Country Head & Executive Producer WeTV dan iflix, mengatakan Tilik The Series memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh series lainnya.
"Sejak pertama ditayangkan, WeTV Original Tilik The Series mendapat sambutan yang luar biasa dari penonton. Kami bangga dapat menyajikan tayangan yang kaya akan nilai-nilai yang bermanfaat bagi masyarakat," jelasnya.
Baca Juga: Terungkap, Duta Sheila On 7 Keturunan Kyai Modjo! Begini Ceritanya Hingga Ziarah Langsung ke Tondano
Sutradara WeTV Original Tilik The Series Agung Wahyu Prasetyo menambahkan ikatan yang saling terhubung. Terbangun inilah yang menjadi dasar dari adegan emosional yang terdapat pada episode terbaru Tilik The Series.
"Untuk membangun chemistry saya sangat dibantu oleh para pemain karena jam terbang mereka sudah tinggi. Kita juga sering ketemu di kesenian di Jogja," beber Agung. *