MAKASSAR, harianmerapi.com - Fosil kerangka manusia purba modern (Homo Sapiens) ditemukan awal tahun 2015 lalu di kawasan Karst Maros-Pangkep, Wallace, Leang Panninge, Desa Wanuawaru, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
Sampai saat ini, penelitian masih dikembangkan para peneliti dan arkeolog mengembangkan. Kerangka tersebut diperkirakan berusia 7.200 tahun.
"Sampai saat ini masih terus diteliti. Ke depan saya berharap sekali, kita bisa membuat sampel atau melakukan tes DNA (Deoxyribonucleic Acid) bahwa penduduk utamanya Suku Bugis Makassar, apakah punya hubungan DNA atau tidak dengan penemuan kerangka ini," kata peneliti dan juga arkeolog Universitas Hassanudin (Unhas), Iwan Sumantri, saat dihubungi di Makassar, Kamis (2/9/2021).
Pada penemuan awal tahun 2015, penelitian diinisiasi Prof Akin Duli selalu Dekan FIB Unhas bersama para peneliti dan arkelog beserta tim dari Universitas Sains Malaysia. Mereka melakukan eksplorasi bagian depan lokasi teras Leang Panninge.
Baca Juga: UKDW Yogyakarta Resmi Buka Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka Belajar Dalam Negeri
Dari hasil eksplorasi itu ditemukan fosil kerangka manusia purba modern. Sebagai bentuk penghargaan dan kesepakatan para peneliti, fosil kerangka itu dinamai "Besse", julukan khas bagi anak perempuan Suku Bugis. Namun proses ekskavasi tak bisa dilanjutkan karena adanya suatu keterbatasan.
Pada 2017, ekskavasi dilanjutkan dengan pengupasan dinding luar lokasi kerangka tersebut. Pada 2018, "Besse" yang diperkirakan berusia 17-18 tahun saat meninggal, diangkat untuk diteliti lebih lanjut. Pada 2019, penelitian kembali dilanjutkan atas kerja sama Griffith University Australia, Puslit Arkenas Balar, Unhas, serta BPCB dengan melakukan perluasan dan pendalaman galian di lokasi hingga berhasil mengumpulkan lebih banyak sampel untuk pertanggalan sekaligus meneliti DNA
"Ditemukan rangka di situ, diambil pada bagian tengkorak karena masih tersimpan jejak DNA, kita ambil tulang Petros, (tulang) telinga bagian dalam di bagian pelipis tengkorak, ternyata masih ada DNA. Ini prestasi besar," katanya.
Baca Juga: Undip Semarang Beri Beasiswa untuk Mahasiswa Baru dari Keluarga Nelayan
Selanjutnya sampel DNA itu dikirim ke Max Planck Instititue di Jerman untuk dianalisa. Hasilnya diketahui mengandung genetik nenek moyang sama dengan orang Papua Nugini, Aborigin di Australia, serta diketahui merupakan spesies lain dari Homo Sapiens atau manusia purba Denisovan yang pernah ditemukan di Siberia pada 2010.
Dijelaskan Iwan, hal yang menjadi pertanyaan mengapa DNA "Besse" bisa bertahan di iklim tropis di Indonesia atau lokasi penemuan Leang Panninge. Menjawab hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan data baru, terkait DNA tersebut menegaskan bahwa bukan sepenuhnya penduduk asli Sulsel tapi ada genetik lain dibawa dari luar ke Sulsel.
Persebaran manusia di kawasan Wallacea, lanjutnya, tentu membuka peluang menelusuri keberadaan Denisovan. Melihat lokasi tempat tinggal "Besse", secara morfologi gua yang ditempatinya bisa dijadikan tempat bermukim pada ribuan tahun lalu.
Jika melihat hasil temuan ini, setidaknya diketahui pada masa itu ada perlakuan saat proses penguburan orang mati sejak 7.200 tahun lalu. Rangka ditemukan selain tengkorak remuk, ada beberapa potong tulang panjang dengan posisi kerangka terlipat. Ditemukan pula artefak, alat perburuan budaya kuno Suku Toalean atau Austronesian yang berdekatan dengan kerangka "Besse".
Baca Juga: Olah Limbah Sarung Tangan Lateks Jadi Bahan Bakar Diesel, Ini Hasil Penelitian Tim Mahasiswa UGM