HARIAN MERAPI - PT Pindad memiliki rekam jejak panjang sebagai industri pertahanan yang kredibel sejak masa pra-kemerdekaan Indonesia.
Sebelum menjadi Pindad seperti sekarang, dulu adalah unit di bawah angkatan darat Belanda, kemudian Jepang, sebelum akhirnya menjadi unit Angkatan Darat Indonesia.
Hal tersebut diungkap Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Rafyoga Irsadana MIS PhD, baru-baru ini.
Diterangkan pula oleh Rafyoga, transformasi PT Pindad menjadi BUMN memberikan ruang lebih luas bagi perusahaan untuk berinovasi, mengembangkan riset dan memperluas ekspansi internasional.
“Sejauh ini Pindad telah mengekspor berbagai produk alutsista medium-rank, mulai dari senapan, kendaraan taktis hingga Tank Harimau,” paparnya.
Baca Juga: Dokter ingatkan keseimbangan metabolisme di tengah gaya hidup modern, ini tujuannya
Tujuan ekspor seperti ke Asia Tenggara, Afrika, Asia Selatan, Australia, bahkan sampai Amerika Serikat. Selain ekspor produk, PT Pindad juga aktif menjalin kerja sama melalui proyek joint development.
Yakni, dengan perusahaan pertahanan di Turki, Jerman serta Prancis. Capaian seperti ini kian memperkuat posisi PT Pindad sebagai pemain yang semakin diakui di industri pertahanan global.
Ia pun menilai kawasan Amerika Latin dan Karibia masih belum tergarap optimal oleh industri pertahanan Indonesia, padahal permintaan alutsista di wilayah tersebut terbilang tinggi.
“Negara-negara di kawasan tersebut menghadapi kebutuhan serius untuk memperkuat keamanan domestik akibat meningkatnya aktivitas jaringan kriminal bersenjata,” jelas Rafyoga.
Situasi tersebut, lanjutnya, membuka peluang bagi PT Pindad untuk menawarkan produk dengan kualitas kompetitif dan harga yang lebih terjangkau.
Baca Juga: Benarkah perbanyak makan sayur bisa turunkan berat badan, begini penjelasan dokter
Bahkan, salah satu kekuatan utama Indonesia dalam industri alutsista global adalah politik luar negeri bebas aktif. Sehingga, produk pertahanan Indonesia relatif bebas dari risiko geopolitik.
“Ketika sebuah negara membeli persenjataan dari Amerika atau Tiongkok, mereka bisa otomatis diasosiasikan dengan blok tertentu. Indonesia menawarkan risiko geopolitik yang rendah karena posisi strategis kita independen,” tegasnya.
Rafyoga juga menandaskan, negara-negara di Amerika Latin akan merasa lebih fleksibel dan tak terbebani secara politik ketika membeli alutsista dari Indonesia.