HARIAN MERAPI - operasi darat atau sosialisasi secara langsung kepada masyarakat, menurut peneliti politik senior BRIN, Siti Zuhro, masih perlu dan relevan bagi parpol dan juga elitnya.
Bahkan meskipun saat ini media sosial dan digital berkembang pesat sebagai sarana penyebar informasi.
“Memang kalau menurut saya Indonesia memasuki masa transisi, transisi menuju era digital memang dilakukan tetapi tidak mayoritas melakukan itu. Karena Itu partai politik, elit itu sadar kalau operasi darat ini masih diperlukan, jadi pertemuan offline masih diperlukan untuk yang tidak bisa diatasi dengan opsi digital, maya,” ujar Zuhro ketika berbincang hari ini, Selasa (20/12/2022).
Baca Juga: Kabar gembira, Piala AFF 2022 boleh ditonton sebanyak 70 persen dari kapasitas stadion
Zuhro menambahkan, dengan pertemuan tatap muka, maka pesan yang disampaikan bisa diketahui feedbacknya secara langsung.
Elit partai bisa melihat mimik wajah, kesungguhan dari kader mereka.
“Sekaligus juga melihat mimiknya, jadi semuanya, raut muka. Sekarang ini beda ya, mungkin karena kita terbiasa dengan model offline, tetapi hampir 3 tahun kita melakukan model model yang lebih digital, hybrid, tetapi sekarang mulai kumat lagi lebih ke bertemu,“ jelas Zuhro.
Salah satu partai politik yang tengah membangun sosialisasi dengan metode operasi darat yakni Partai Golkar.
Sekjen DPP Partai Golkar, Lodewijk F Paulus turun langsung ke daerah dalam kegiatan rekrutmen anggota Partai Golkar baru yang disebut Pasukan Operasi Darat di tiga kelurahan se Kota Bandar Lampung.
Dia meminta kader Golkar yang baru direkrut agar mensosialisasikan Airlangga Hartarto sebagai calon Presiden.
Baca Juga: Para pengguna mobil matik, waspadai bila ada tanda-tanda ini...
Saat ini Partai Golkar bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) bersama PAN dan PPP.
Soal capres, Partai Golkar mantap mengajukan Ketum Airlangga Hartarto sebagai Capres. Meski begitu belum ada kesepakatan dari KIB. “Menurut saya berkoalisi terkesan jalan sendiri-sendiri,” sebut Zuhro.
Karena itu dia mengatakan, jika Golkar masih mantap mengusung Ketum Airlangga, seluruh cara harus dilakukan.
“Obsesi golkar ingin mencalonkan kadernya sendiri, yang notabene ketum, itu kan. Apalah obsesi itu masih itu,” tandas Zuhro.