Aksi bom bunuh diri, Habib Husein : Akibat propaganda atas nama agama yang disalahtafsirkan

photo author
- Senin, 12 Desember 2022 | 21:15 WIB
Aktivis Gerakan Islam Cinta Habib Husein Ja'far Al Hadar.  (ANTARA/HO-Humas Pusat Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT))
Aktivis Gerakan Islam Cinta Habib Husein Ja'far Al Hadar. (ANTARA/HO-Humas Pusat Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT))

HARIAN MERAPI - Aksi teror bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar Bandung, Rabu (7/12/) akibat kesalahpahaman dan propaganda atas nama agama yang disalahtafsirkan.

"Aksi teror itu adalah musuh kita bersama, apa pun agamanya," kata Aktivis Gerakan Islam Cinta Habib Husein Ja'far Al Hadar melalui keterangan tertulis Pusat Media Damai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang diterima di Jakarta, Senin (12/12/2022).

Alasannya, sambung dia, perbuatan pelaku teror sama saja dengan melawan kemanusiaan itu sendiri, bahkan yang paling mendasar melawan kemanusiaan dirinya sendiri.

Baca Juga: Pemerintah berencana selenggarakan festival dangdut internasional, ini alasannya....

Di satu sisi, Habib Ja'far mengatakan tatkala pelaku terorisme merupakan korban yang diperdaya kelompok tertentu dengan janji semu, kemuliaan dunia, dan akhirat sebagai hasil pengorbanannya kepada sang Ilahi sehingga perlu kembali meluruskan narasi keliru tentang esensi jihad.

"Kita tidak ingin mereka dibodohi melalui propaganda seperti itu. Kita sayang kepada mereka (kelompok radikal) maka kita ingin merangkul mereka," ujar dia.

Ia menjelaskan cara yang dilakukan kelompok radikal tersebut adalah salah. Untuk mendapatkan kemuliaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat, maka seharusnya semakin seseorang beragama, maka semakin besar cintanya kepada orang lain.

Baca Juga: Pengesahan KUHP, antara kritik, kumpul kebo dan kepentingan pariwisata

Pria yang meraih gelar magister bidang Tafsir Quran dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut menjelaskan berbagai upaya nyata yang bisa dilakukan dalam meluruskan kembali nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan kebinekaan yang kerap didistorsi maknanya hingga memicu munculnya bibit radikal dan terorisme.

"Kenapa mereka bisa menjadi teroris? Karena mereka dipapar terus menerus oleh ideologi teror atas nama agama, suku, dan lain sebagainya," ujar dia.

Oleh karena itu, tugas semua pihak ialah bagaimana memapar balik mereka (kelompok radikal) dengan nilai-nilai cinta dan perdamaian.

Mengutip riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Tahun 2021, Habib Jafar mengatakan konten yang tidak moderat, kini tiga kali lipat jauh lebih menguasai perbincangan di media sosial daripada konten moderat.

Baca Juga: Deddy Corbuzier mendapatkan pangkat Letkol tituler, begini hak dan kewajiban bagi dirinya

Oleh sebab itu, katanya, menyerang balik narasi radikal kekerasan dengan paparan narasi cinta dan perdamaian harus dilakukan. Ia optimistis Indonesia mampu menang dari radikalisme dan terorisme yang mengancam kedaulatan dan persatuan bangsa.

"Kita melakukan propaganda yang sebaliknya tentang toleransi di antara umat beragama, suku, dan bangsa," katanya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X