Perayaan Waisak di Kalimanggis Temanggung Digelar dengan Sentuhan Adat Jawa

photo author
- Rabu, 18 Mei 2022 | 13:05 WIB
Prosesi perayaan Waisak 2566 BE - 2022 di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran (Foto: Arif  Zaini Arrosyid)
Prosesi perayaan Waisak 2566 BE - 2022 di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran (Foto: Arif Zaini Arrosyid)

TEMANGGUNG, harianmerapi.com - Cahaya bulan menerangi langit malam saat alunan gending jawa mengiringi kidung puja pada Sang Buddha Gautama di parayaan Waisak 2566 BE - 2022 di Wisma Bikkhu Jaya Wijaya di Desa Kalimanggis Kecamatan Kaloran Temanggung, Selasa (17/5/2022) malam.

Perayaan waisak bernuansa Jawa tersebut dipimpin Bikkhu dari Shangha Theravada, Bante Wongsin Labhiko Mahatera dari Thailand. Sekitar 26 Bikkhu dari berbagai daerah di Indonesia turut pada perayaan.

Bante Wongsin Labhiko Mahatera mengatakan sangat terkesan dengan perayaan Waisak bernuansa adat Jawa, sebab sangat berbeda dengan perayaan Waisak pada umumnya.

Baca Juga: Libur Panjang Hari Raya Waisak, Gunungkidul Banjir Wisatawan 2 Hari Raup PAD Rp379 Juta

"Perayaan Waisak di Kalimanggis dengan menggabungkan dengan adat istiadat setempat, ini jadi contoh yang baik dan perlu dilestarikan untuk generasi mendatang," kata dia.

Dia mengatakan sentuhan adat istiadat menjadi sebuah kesan tersendiri dalam perayaan Waisak. Di Kalimanggus ini diantaranya dengan digunakannya gamelan dalam mengiringi puja bhakti.

Dikatakan untuk menuju kebijaksanaan, Buddha mengajarkan bukan berdasarkan dari keyakinannya saja. Hidup harus berbuat atau berkarya bukan tergantung dengan orang lain. Waisak di Kalimanggis sebagai salah satu wujudnya.

Ketua Panitia Wargino mengatakan sengaja menggelar perayaan Waisak dengan sentuhan adat Jawa yakni untuk mengenal dan melestarikan adat jawa, sekaligus penanaman ajaran Sang Buddha.

Baca Juga: Pembatasan 1200 Orang Saat Detik-detik Waisak, Berikut Harapan dari Kemenag untuk Umat Buddha

"Sentuhan itu, tidak hanya pada pakaian yang dikenakan, melainkan juga iringan gending dan lagu," kata dia.

Lagu yang dinyanyikan kata dia, sebenarnya berbahasa Indonesia, namun dirubah dengan sanksekerta dan diiringi gamelan. " Ini moderasi dan ummat juga menyambutnya dengan baik," kata dia.*

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Herbangun Pangarso Aji

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X