SLEMAN, harianmerapi.com - Gelar Budaya Sleman Sembada, di Desa Wisata Garongan, Wonokerto, Turi, Minggu 7 November 2021, menampilkan kesenian tradisional Kabupaten Sleman yakni seni Jathilan dan tari rampak buto.
Jumlah penari dibatasi 50 orang saja, demi menjalankan protokol kesehatan yang ada.
Kegiatan tersebut diselenggarakan komunitas Pajero Indonesia Bersatu Chapter Ranting Mataram Yogyakarta ini dibuka secara resmi Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo.
Baca Juga: Misteri Perang Bharatayuda di Rumah Ki Dalang
Dalam sambutannya, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengapresiasi pihak penyelenggara yang telah mengangkat tema kesenian dan kebudayaan tradisional Kabupaten Sleman.
Ia berharap gelaran ini dapat menjadi sarana pelestarian dan pengembangan budaya di Kabupaten Sleman, sekaligus bisa merajut persatuan dan kesatuan melalui apresiasi karya budaya tradisional yang adiluhung.
"Melalui Gebyar Budaya Sleman Sembada ini saya mengajak seluruh masyarakat untuk mengapresiasi dan menghargai ragam seni budaya warisan leluhur yang harus terus kita lestarikan", ujar Kustini.
Baca Juga: Kegigihan Nyai Subang Larang 5: Walangsungsang Melanjutkan Perjuangan Sang Ibunda
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa tantangan dalam upaya pelestarian kebudayaan khususnya budaya tradisional tersebut semakin berat karena berkembangnya zaman serta adanya arus globalisasi pada masa sekarang ini.
Perkembangan zaman serta adanya arus globalisasi ini mengakibatkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pola kehidupan masyarakat, yang juga berpengaruh pada kebudayaan masyarakat itu sendiri.
"Upaya untuk mengembangkan dan melestarikan keberlangsungan nilai luhur dan budaya lokal daerah senantiasa terus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sleman. Hal ini dilakukan dengan mengedepankan potensi nilai luhur yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman", imbuhnya.
Baca Juga: Teater Belang Siapkan Pementasan dengan Lakon 'Komplikasi: Kagol Nesu Getun'
Senada dengan hal tersebut, Yuniar Rizaldi selaku Ketua Pajero Indonesia Bersatu Chapter Ranting Mataram Yogyakarta mengaku pihaknya melalui kegiatan tersebut bermaksud untuk kembali menampilkan seni dan budaya tradisional yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat, khususnya generasi muda.
"Harapannya jathilan bisa lebih banyak diminati oleh kaum muda, terutama oleh masyarakat di wilayah Sleman", tuturnya. *