sleman

Buntut Kerusuhan Babarsari, Jogja Tidak Aman ?

Selasa, 5 Juli 2022 | 09:30 WIB
Update kerusuhan Babarsari, motor dibakar dan ruko dirusak. (Foto: Samento Sihono)

JOGJA rusuh lagi. Itulah kesan yang tertangkap orang di luar Jogja. Memang Jogja dalam tiga hari belakangan ini sedang tidak baik-baik saja. Itu harus diakui. Ini menyusul kerusuhan yang terjadi di kawasan Babarsari, Depok Sleman yang diduga melibatkan dua, bahkan tiga kelompok massa.

Ya, semuanya warga pendatang. Kerusuhan berawal dari keributan di Karaoke yang berbuntut penganiayaan oleh satu kelompok kepada kelompok lainnya.

Berikutnya, kelompok yang anggotanya dianiaya mendatangi Polda DIY meminta agar polisi segera menangkap pelaku penganiayaan rekan mereka. Namun ketika proses kepolisian sedang berlangsung, kelompok massa mengamuk di kawasan Babarsari.

Baca Juga: Laporan dari Mekkah: Calon Haji Ikut Tarwiah Terdaftar 3.855 Orang, Namun Tidak Difasilitasi Pemerintah

Mereka merusak toko dan membakar tujuh unit sepeda motor. Peristiwa itu terjadi pada Senin siang hari bolong. Tak hanya itu, mereka juga mengacung-acungkan senjata tajam dan memblokir jalan.

Benarkah ini terjadi di Jogja yang selama ini dikenal sebagai kawasan damai dan menjunjung nilai-nilai toleransi ? #Babarsari pun langsung trending di twitter dan menasional. Jogja kembali terkenal, bukan karena hal positif, tapi negatif yakni kerusuhan.

Memang bukan kali ini kawasan Babarsari rusuh. Sebelumnya pernah terjadi hal serupa, kerusuhan yang melibatkan dua kelompok massa, semua warga pendatang.

Baca Juga: Turunnya Wahyu Terakhir dan Keberangkatan Rasulullah Menuju Mina, Haji Islam

Ke mana polisi ? Polisi agaknya memperhitungkan berbagai hal sehingga tidak langsung melakukan tindak pencegahan. Tempat hiburan dirusak dan 7 unit sepeda motor telanjur dibakar massa, warga Yogya pun tak ada  yang berani melintas di kawasan Babarsari. Memang jalan itu milik siapa ?

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X sangat menyesalkan kejadian tersebut. Dalam pernyataan resminya, Sri Sultan HB X menegaskan bahwa Yogya bukan ajang kekerasan fisik. Bicara keras boleh, tapi jangan kekerasan fisik.

Ya, selama ini Jogja memang dikenal sebagai kota damai dan toleran. Namun, dengan kejadian tersebut, seolah mengonfirmasi anggapan bahwa tidak semua kawasan di Jogja aman.

Baca Juga: Dugaan Penyelewengan Dana Umat, Presiden ACT Bantah Paksa Ahyudin Teken Surat Pengunduran Diri

Konflik kelompok massa hingga saat ini belum berakhir, sehingga sangat merugikan warga Yogya. Bahkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X siap menjadi mediator kelompok yang berkonflik.

Sebab, bila konflik ini terus dibiarkan berlarut-larut, selain merugikan semua pihak, juga merugikan citra Jogja sebagai kota damai dan ramah. Kalau perlu kepala daerah dari kelompok massa ini bertemu dan bikin kesepakatan damai. Kerusuhan di Jogja harus diakhiri sekarang juga. (Hudono)

Tags

Terkini