yogyakarta

Berkaca dari Pandemi Covid-19, Investasi Penanggulangan TBC Harus Ditingkatkan untuk Eliminasi 2030

Kamis, 31 Maret 2022 | 08:00 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin (tengah) dalam G20 Side Event Tuberkulosis di Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (29/3/2022). (ANTARA/Zubi Mahrofi)

JOGJA, harianmerapi.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan, Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan di tingkat global maupun nasional. Meskipun bisa dicegah dan diobati, penyakit TBC masih mengintai masyarakat Indonesia.

"TBC telah menular lebih dari 100 tahun, kita bisa memanfaatkan infrastruktur, alat diagnosis, vaksinasi serta penggunaan teknologi kesehatan pada pandemi Covid-19 untuk digunakan dalam mengeliminasi TBC," ujar Menkes dalam G20 Side Event Tuberkulosis di Jogja, Selasa (29/3/2022).

Pada 2020, katanya, tercatat jumlah kasus TB di Indonesia mencapai 824.000 kasus, sementara jumlah kematian akibat TB mencapai 93.000 kasus setiap tahun.

Baca Juga: Kematian Akibat TBC Meningkat, Investasi Penanggulangan untuk Selamatkan Bangsa Perlu Ditingkatkan

Data ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus nomor tiga terbanyak di dunia setelah India dan China.

Kementerian Kesehatan RI bersama Stop TB Partnership Indonesia (STPI) bertepatan dengan momentum Hari Tuberkulosis (TBC) Sedunia mengadakan side event sebagai rangkaian pertemuan pertama Health Working Group (HWG) yang bertajuk “Pembiayaan Penanggulangan TBC: Mengatasi Disrupsi Covid-19 dan Membangun Kesiapsiagaan Pandemi Masa Depan” pada 29-30 Maret 2022 di Hotel Hyatt Regency Jogja.

Meirinda Sebayang, penyintas TBC resisten obat yang juga Ketua Jaringan Indonesia Positif dan perwakilan komunitas dalam Dewan Stop TB Partnership saat menyampaikan pidatonya di acara tersebut mengatakan, berkaca pada penanganan Covid-19, penyelesaian pandemi dapat dilakukan dengan kerja sama dan respons cepat.

Baca Juga: Tol Pertama di DIY Resmi Dibangun: Hubungkan Jogja-Bawen, Melayang di Atas Selokan Mataram

Hal ini perlu dilakukan untuk penanggulangan TBC. Komitmen harus dijalankan tidak hanya secara global nasional tapi juga hingga tingkat daerah. Tantangan yang dihadapi tidak hanya menyangkut dana tapi juga sistem pengelolaan dananya perlu diperhatikan.

Direktur Eksekutif Stop TB Partnership, Lucica Ditiu menyatakan TBC adalah penyakit yang sudah muncul jauh sebelum Covid-19. Namun, dengan munculnya Covid-19 kondisi TBC semakin jauh memburuk.

Menariknya, 50% dari kasus TBC berada di negara G20, sehingga jika semua negara G20 mampu melakukan eliminasi TBC di negaranya masing-masing, maka kita hanya perlu fokus kepada 50% lainnya.

Baca Juga: Dilangsungkan Pagi Ini di Seoul, Siapa Saja Bintang Top yang Akan Hadiri Pernikahan Hyun Bin dan Son Ye Jin?

"TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, hanya saja kita kekurangan sumberdaya dan juga perhatian pada isu ini. TBC perlu diperlakukan sama dengan Covid-19, mendapatkan perhatian yang sama, melihat pada gejala dan kondisi dari kedua penyakit ini yang sangat mirip. Oleh karena itu, kita memiliki tanggung jawab moral untuk mengakhiri TBC di negara kita,” jelasnya.

Deputy Executive Director Stop TB Partnership, Suvanand Sahu memberikan rekomendasi kepada G20 untuk menyadari TBC adalah ancaman kesehatan global dan mengintegrasikan penanggulangan TBC ke dalam Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Pandemi.

Halaman:

Tags

Terkini