sleman

Sarasehan 200 Tahun Perang Jawa digelar di Joglo Singodikaran Tempel Sleman, bagian dari upaya pelestarian sejarah bangsa

Senin, 15 Desember 2025 | 15:15 WIB
Suasana Sarasehan 200 Tahun Perang Jawa yang digelar di Joglo Singodikaran Tempel Sleman. (Foto: Sulistyanto)

HARIAN MERAPI - Upaya pelestarian sejarah bangsa dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan dan penyelenggaranya bisa saling kolaborasi sejumlah pihak.

Pandanwangi Project, Singodikaran dan Samankejaning menggelar kegiatan, “Sarasehan 200 Tahun Perang Jawa: Narasi Peristiwa” di Joglo Singodikaran, Margorejo Tempel Sleman, Minggu (14/12/2025).

Menurut panitia kegiatan Harjuno, setelah sarasehan tersebut dilanjutkan pembukaan pameran pusaka dan manuskrip yang digelar selama tiga hari di kompleks joglo setempat.

Pusaka sendiri dapat diartikan benda berharga peninggalan leluhur yang diwariskan turun-temurun, memiliki nilai sejarah hingga budaya, seperti keris, tombak hingga perhiasan.

“Rangkaian kegiatan ini antara lain sebagai upaya pelestarian sejarah bangsa dan sarana edukasi nilai historis benda-benda bersejarah ataupun adat peninggalan leluhur,” jelasnya.

Baca Juga: Seorang pemancing diduga hanyut di Sungai Boyong Ngaglik Sleman, Tim SAR lakukan pencarian

Selain itu, sebut Juno, rangkaian kegiatan diharapkan bisa mengangkat semangat perjuangan melawan kolonial atau memupuk semangat cinta tanah air dan menjadi ruang pembelajaran lintas generasi.

Adapun sebagai pembicara Sarasehan 200 Tahun Perang Jawa, yaitu R Chaerul Wardana dan Yoga WR. Sebagai selingan sarasehan digelar monolog/dramatic reading “Berita dari Jauh” oleh Totok Suryo N.

Materi sarasehan, R Chaerul mengusung tema, “Sejarah Ndalem Singodikoro.” Sedangkan Yoga mengangkat tema, “Brandal atau Ksatria?” Setelah pemaparan materi dilanjutkan dengan tanya-jawab.

Menurut Chaerul, sejumlah peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah Ndalem Singodikoro antara lain, menjadi tempat berkumpulnya laskar prajurit Diponegoro.

Baca Juga: YCCK gandeng SOUL Community Joglosemar gelar aksi sosial di Dusun Darum, berikut kegiatannya

Terutama dalam sub-peristiwa Perang Mloko pada 1826, atau bagian dari Perang Jawa (1825-1830) silam. Pada 1883, pernah menjadi tempat persinggahan putra Sultan Hamengku Buwono V.

Yaitu, Gusti Timur Muhammad Suryaningalogo, dan GKR Sekar Kedaton sebelum tertangkap di Balerante. Lalu, pada awal kemerdekaan pernah dimanfaatkan sebagai sekolah SMEP Negeri Tempel.

“Seiring perjalanan waktu, kini Joglo Singodikaran menjadi pusat berbagai kegiatan budaya, perlombaan permainan tradisional, dolanan anak maupun kegiatan kelompok-kelompok di masyarakat,” paparnya.

Tampak hadir di kegiatan tersebut seperti Dimas Panuntun perwakilan dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Sleman, Panewu Tempel, Dakiri, Danramil Tempel, Kapten Inf Edy Widodo dan Kapolsek Tempel, AKP Gunawan S.

Halaman:

Tags

Terkini