"Sertifikasi ini agar begara tujuan ekspor mengetahui asal komoditas ekspor. Jadi, kalau salak ya pasti dari Sleman," katanya.
Lebih jauh dia mengatakan, jika saat ini sertifikasi produk ekspor yang semula hanya bisa dilakukan di Jakarta, sudah bisa dilakukan di Yogyakarta.
Menurutnya, hal tersebut memudahkan proses ekspor bagi para produsen sekaligus bagi hasil menjadi pemasukan daerah setempat.
"Sejauh ini tercatat ekspor buah salak ke negara China mencapai Rp25 miliar," kata Sahat Manaor Panggabean.
Sementara itu, Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto, mengatakan pihaknya terus mendorong berbagai produk lain dari Yogyakarta untuk bisa memperluas pasar ekspor.
Menurutnya, beberapa potensi ekspor dari Sleman selain buah salak juga ada susus kambing, dan beberapa komoditas lain seperti ikan hias.
"Bahkan, kita lihat tadi tokek saja bisa diekspor," kata Titiek Soeharto.
Dalam kesempatan tersebut, Titiek Soeharto juga membuka secara resmi Bimbingan Teknis Sertifikasi Badan Karantina bagi para pelaku usaha kecil dari berbagai daerah di Yogyakarta.
Menurutnya, bimtek tersebut merupakan salah satu upaya edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kapasitas pelaku usaha kecil, untuk memperluas pasar ekapor.
Turut hadir dalam acara simbolis pemberangkatan ekspor buah salak di Bhumi Nararya Farm, adalah Bupati Sleman Harda Kiswaya.
Dia berharap, agar semakin banyak produk dari Sleman yang bisa diekspor, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Usai pemberangkatan ekspor salak ke Tiongkok dan pembukaan Bimtek Sertifikasi, Kepala Barantin Sahat Manaor Panggabean, bersama Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto, dan Bupati Harda Kiswaya, melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik susu uht.
Titiek Soeharto mengatakan, pembangunan pabrik susu uht di kawasan Bhumi Nararya Farm Girikerto nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan para peternak di Sleman. *