HARIAN MERAPI - Badan Karantina Indonesia (Barantin) dan Komisi IV DPR RI, melepas pemberangkatan ekspor buah salak dari Sleman ke negara Tiongkok.
Ekspor buah salak ke negara Tiongkok ini merupakan hasil panen komoditas khas Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, yang sudah terverifikasi.
Secara simbolis, Kepala Barantin Sahat Manaor Panggabean bersama Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto melepas pemberangkatan ekspor buah salak di Bhumi Nararya Farm, Kalurahan Girikerto, Kapanewon Turi, Jumat (10/10/2025).
Baca Juga: Pemerintah Batalkan Visa, 6 Atlet Israel Gagal Berlaga di Kejuaraan Dunia Senam 2025
Ekspor buah salak dari Turi, Sleman, ini menjadi salah satu bukti pemberdayaan para petani salak yang selama ini mengeluhkan rendahnya harga jual di tingkat lokal.
Petani salah ekspor, Suroto, menjelaskan buah salak yang diekspor ke Tiongkok ini merupakan hasil panen para petani yang tergabung di Paguyuban Mitra Turindo.
"Ada sekitar 300 petani yang tergabung di paguyuban, dengan luas lahan 200 hektare," kata Suroto.
Dia mengungkapkan, ekspor buah salak ini sudah menjadi rutinitas bulanan. Beberapa negara tujuan ekspor selain Tiongkok adalah Kamboja, dan Timor Leste.
Baca Juga: Semarak Fun Walk Jadi Puncak Dies Natalis ke-43 Universitas Widya Mataram
"Kali ini kita ekspor salak ke Tiongkok sebanyak 5,4 ton atau senilai Rp180 juta," katanya.
Suroto mengatakan, buah salak ekspor dijual seharga Rp17.000 per kilogram dari gudang, setelah melalui beberapa proses dan tahapan.
"Salak yang kita ekspor dari grade B, dengan tingkat kematangan sekitar 60-70 persen," jelasnya.
Sementara itu Kepala Barantin Sahat Manaor Panggabean mengemukakan, sertifikasi komoditas ekspor diperlukan karena menjadi persyaratan yang diminta oleh negara tujuan.