sleman

Pasca Gempa 27 Mei 2006, Pria asal Moyudan Sleman Ini Menjual Mobil Kijang Lawas dan Mantap Terjuni Pertanian

Minggu, 12 Mei 2024 | 13:30 WIB
Pasca gempa bumi 27 Mei 2006, Agus kian mantap menerjuni bidang pertanian termasuk rutin menanam lombok di areal persawahan kawasan Moyudan. (Foto: Sulistyanto)

HARIAN MERAPI - Gempa bumi pada 27 Mei 2006 silam menjadi suatu catatan sejarah kelam, terlebih bagi warga yang tinggal di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sebagian Jawa Tengah.

Ribuan warga meninggal dunia akibat gempa bumi tersebut, sehingga banyak pula yang masih mengenangnya, termasuk Agus Asrudin yang tinggal Sumberrahayu Moyudan Sleman.

Namun, ia tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan ataupun trauma pasca gempa bumi 27 Mei 2006, bahkan kian mantap untuk bisa menerjuni usaha di bidang pertanian semaksimal mungkin.

Baca Juga: Harda Kiswaya, Sukamto dan Saparjo kembalikan formulir pendaftaran ke DPC PKB Sleman

Tak berselang lama setelah gempa bumi 2006 tersebut, ia menjual mobil Toyota Kijang lawas yang dimiliki, dan digunakan sebagai modal menerjuni usaha bidang pertanian. Misalnya, dimulai dengan mewujudkan usaha penggilingan padi keliling.

“Alhamdulillah, setelah sekitar satu tahun memiliki penggilingan padi keliling, saya bisa membeli penggilingan padi yang sifatnya menetap. Keduanya tetap jalan sampai sekarang,” papar Agus, baru-baru ini.

Selain menerima jasa penggilingan padi, bapak dari dua anak ini juga biasa membeli gabah dari petani-petani, lalu digiling dan dijual wujud beras. Sejumlah pemilik usaha kuliner maupun katering, sudah langganan mengambil beras di tempatnya.

Baca Juga: Siomay dan batagor di Salatiga ini omzetnya 180-200 porsi dalam 6 jam berjualan

Ketika musim penghujan pun tak menjadi kendala untuk dapat rutin menggiling gabah. Pasalnya, ia juga sudah mempunyai tempat menjemur padi yang menggunakan atap plastik UV dan lantainya sudah disemen.

Dengan plastik UV, gabah yang dijemur tetap bisa terkena sinar matahari dan lantai semen dapat memantulkan panas. Masih ditambah lagi ada piranti oven yang dapat membantu pengeringan gabah secara maksimal.

“Keunggulan lain dengan atap plastik UV, saat ada hujan, gabah-gabah yang sedang dijemur tak terkena air hujan, sehingga tetap bisa dibiarkan di tempat penjemuran,” terangnya.

Baca Juga: Korban kecelakaan bus pariwisata SMK Lingga Kencana Depok dipastikan mendapat santunan, Ini janji Wali Kota Depok

Masih menurut Agus, hasil panenan padi dari para petani yang sawahnya cenderung berpasir, tampilan beras bisa lebih putih, namun tingkat pulennya kurang. Sedangkan yang tanahnya cenderung tanah liat/merah, akan lebih pulen. Kedua jenis beras tersebut dapat pula dicampur/dikombinasi, sehingga cita rasanya khas.

Adapun usaha pertanian lainnya yang ia terjuni, yakni rutin menanam lombok, baik di lahan seluas 1800, 1000 maupun 200 meter persegi. Ketika harga lombok sedang rendah pun tak mengendorkan semangatnya dalam menanam lombok. Harga panenan lombok tertinggi yang pernah dirasakan, yakni Rp 85.000 perkilo gram (disetor ke pengepul lombok di kawasan Tempel Sleman).

“Tanaman lombok mulai tanam bibit hingga panen butuh waktu rata-rata 90 hari. Jika sudah panen, setiap tiga hari sekali panen. Total pemetikan sampai tanaman lombok dibongkar bisa kisaran 32 kali petik,” ungkap Agus.

Halaman:

Tags

Terkini