nasional

Akankah gaya debat capres pengaruhi pilihan generasi muda, begini analisis pengamat budaya komunikasi digital

Jumat, 12 Januari 2024 | 11:00 WIB
Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) menyampaikan pendapat disaksikan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan saat adu gagasan dalam Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)



HARIAN MERAPI - Benarkah gaya debat capres-cawapres mempengaruhi generasi muda dalam menentukan pilihan ?


Masih harus dibuktikan. Tapi, paling tidak, menurut pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia Firman Kurniawan, gaya komunikasi capres-cawapres ini bisa mempengaruhi pilihan generasi muda.


Ia menilai gaya komunikasi para calon presiden saat Debat Pemilihan Presiden dapat mempengaruhi generasi muda dalam menentukan pilihan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Baca Juga: Waspadai pneumonia, bila tak tertangani dengan baik bisa berakibat kematian, ini sebabnya

"Kalau kita lihat generasi muda yang ada di kelompok perkotaan, yang biasa berbeda pendapat, yang terbiasa menyelesaikan atau menemukan solusi dengan perdebatan, debat adalah hal yang menarik," ujar Firman saat dihubungi ANTARA, baru-baru ini.

Firman mengatakan, debat merupakan ajang untuk memancing persilangan atau adu pendapat dan gagasan antar kandidat.

Menurut dia, gaya berdebat yang membuat pihak lawan lebih terpancing mengungkapkan gagasan atau menimbulkan kegeraman akan lebih digemari oleh generasi muda.

"Gaya berdebat yang lebih memancing pihak lain untuk bisa lebih mengungkapkan gagasannya atau mungkin menimbulkan kegeraman, menimbulkan kemarahan, ini justru hal yang dinamis seperti itu akan digemari," kata dia.

Baca Juga: WNI Terdampak Gempa di Ishikawa Jepang, Akses Masih Sulit dan Listrik Padam

Firman mengatakan gaya komunikasi dengan intensi menyerang pada debat merupakan hal yang wajar, selama yang diserang adalah gagasan, bukan personal.

Dia berpandangan bahwa gaya komunikasi yang dinamis dan saling beradu gagasan semacam itu lebih dapat diterima oleh generasi muda yang tinggal di perkotaan atau berpendidikan tinggi.

Kelompok generasi muda tersebut dinilai terbiasa mengutamakan kekuatan pikiran dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga cenderung lebih menyukai gaya debat yang dinamis.

Sementara kelompok generasi muda yang lebih konservatif dinilai tidak terlalu menyukai ajang debat semacam itu.

Baca Juga: Anies Ungkap Tiga Syarat untuk Membentuk Kabinet Sehat

Menurut dia, mereka mungkin lebih menyukai debat yang bersifat lebih santun atau lembut. Namun, dia menilai bahwa debat yang terlalu santun mungkin tidak mampu mengungkapkan kemampuan atau cara berpikir yang sesungguhnya dari seorang kandidat.

Halaman:

Tags

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB