Serangan siber malware marak di Indonesia, ini penyebabnya

photo author
- Selasa, 8 Agustus 2023 | 12:00 WIB
Deputi III BSSN Sulistyo saat memberikan paparan mengenai tantangan keamanan siber nasional lewat sebuah seminar nasional di Jakarta, Senin (7/8/2023).  (ANTARA/Livia Kristianti)
Deputi III BSSN Sulistyo saat memberikan paparan mengenai tantangan keamanan siber nasional lewat sebuah seminar nasional di Jakarta, Senin (7/8/2023). (ANTARA/Livia Kristianti)



HARIAN MERAPI - Belakangan ini serangan siber malware marak di Indonesia, sehingga harus diwaspadai.


Mengapa ini terjadi ? Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menengarai serangan siber malware atau malicious software terjadi akibat penggunaan software atau perangkat lunak bajakan di masyarakat.


Demikian disampaikan Deputi III BSSN Sulistyo saat memberikan paparan mengenai tantangan keamanan siber nasional lewat sebuah seminar nasional di Jakarta, Senin.

Baca Juga: Atap Langit suguhkan konsep alam, sejuk dan asri, begini suasananya

"Penyebab utamanya (malware mendominasi serangan siber) adalah banyak sekali masyarakat kita yang masih pakai software bajakan. Jadi di hardware-nya dipasang software dan aplikasi bajakan, hardware-nya juga sering dipakai untuk pengolahan sistem elektronik," katanya.
Dalam data yang dimiliki BSSN, hingga Agustus 2023 total serangan siber yang terjadi di Indonesia telah mencapai 219.414.104 serangan.

 

Dari jumlah itu, persentase malware sebagai serangan siber paling mendominasi sebesar 52,51 persen atau berjumlah 115.208.766 serangan.

Lebih rinci, BSSN mengungkapkan malware yang akhir-akhir ini sering digunakan untuk serangan siber berbentuk ransomware atau perangkat pemeras yang kerap mengunci data di perangkat keras pengguna dan pelaku kejahatan meminta sejumlah dana agar data itu bisa kembali ke pemiliknya.

Terdapat sebanyak 707.409 serangan ransomware hingga Agustus 2023 yang berhasil diidentifikasi oleh BSSN.

Baca Juga: Andre Onana Hengkang, Yann Sommer Datang

Adapun hardware atau perangkat keras yang dimaksud oleh Sulistyo tidak terbatas pada komputer atau PC saja tapi juga di dalamnya termasuk ponsel pintar, tablet, dan perangkat sejenisnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan ketika software bajakan dipakai tentunya pengguna perangkat tidak bisa mendapatkan pembaruan-pembaruan seperti di software resmi untuk menjaga keamanan siber perangkat-nya saat ternyata ditemukan adanya kerentanan.

Padahal pembaruan-pembaruan tersebut dikeluarkan setelah ditemukan-nya celah kerentanan siber sehingga ketika ada serangan perangkat bisa tetap aman.

"Sebagai contoh software bajakan dari statistik BSSN paling sering ditemukan ialah OS Windows. Sering dipakai masyarakat, lalu lisensi-nya habis. Sistem tersebut masih bisa dipakai, tapi pada saat ada update terbaru karena bajakan update-nya tidak jalan. Karena tidak ada lisensi-nya ya jelas tidak bisa dan wajar malware akhirnya mendominasi ruang siber kita," ujar Sulistyo.

Baca Juga: Kandang Maggot Jogja Optimis Mampu Olah 1 Ton Sampah Organik Per Hari

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X