Mengenal kirab 'tebokan' peringatan tahun baru Islam di Kudus

photo author
- Rabu, 19 Juli 2023 | 19:55 WIB
Kirab "tebokan" atau kirab jenang menyambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriah di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/7/2023).  (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)
Kirab "tebokan" atau kirab jenang menyambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriah di Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Rabu (19/7/2023). (ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif)

HARIAN MERAPI - Menyambut Tahun Baru Islam 1445 Hijriah, Warga Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus menggelar kirab "tebokan" atau kirab jenang yang merupakan makanan khas Kota Kudus.

Kirab "tebokan" yang digelar Rabu (19/7/2023) siang, diikuti puluhan anak-anak, remaja, dan orang tua yang membawa sesaji berupa makanan jenang yang dibentuk gunungan, jajan pasar, dan hasil bumi yang diarak mengitari Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.

Menurut Kepala Desa Kaliputu Widiyo pramono di Kudus, "tebokan" merupakan istilah dari kata tebok (Jawa), yaitu sejenis nampan dari anyaman bambu yang biasa digunakan untuk meletakkan jenang.

Baca Juga: Sirkuit motocross KASAL Cup di kawasan UIN Salatiga habiskan Rp 500 Juta, untuk mengenang Yos Sudarso

Sedangkan tradisi tebokan merupakan simbol untuk mengungkapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas keberhasilan mereka di bidang usaha jenang yang diperingati bertepatan dengan peringatan Tahun Baru Islam.

Tahun ini, kata dia, perayaannya lebih menarik karena semua rukun tetangga (RT) yang berjumlah 18 RT turut meramaikan. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya bertepatan dengan pandemi.

Kirab tebokan, tidak hanya diikuti rombongan dari masing-masing RT, tetapi para pengusaha jenang di Desa Kaliputu juga turut meramaikannya.

Baca Juga: Pasca tabrakan KA Brantas dan truk, konstruksi jembatan rel Kanal Banjir Barat diperkuat

Rute kirab dimulai dari Pertigaan Kaliputu dilanjutkan menuju Jalan Sosrokartono dilanjutkan ke Jalan Gang 3 menuju Balai Desa Kaliputu.

Sepanjang rute kirab yang berjarak sekitar tiga kilometer, peserta kirab diiringi "drum band" dari sekolah setempat dan barongan, serta puluhan warga sekitar yang ikut kirab.

Ritual tersebut semakin menarik, anak-anak membawa tebok untuk diarak dengan berjalan kaki keliling desa.

Setelah sampai di panggung utama, dilakukan doa yang dipimpin oleh ulama setempat, selanjutnya semua gunungan jenang diperebutkan warga.*

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X