HARIAN MERAPI - Presiden Joko Widodo menyinggung Rakornas Pemenangan Pemilu PAN yang diselenggarakan di Jawa Tengah.
Dia menduga bahwa pemilihan tempat di Jateng untuk mendekatkan PAN dengan sosok Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang namanya kerap disebut akan menjadi capres 2024.
“Jadi tadi malam saya bertanya-tanya, ini kenapa ya Rakornas pemenangan PAN kok di Jawa Tengah," saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Pemenangan Pemilu Partai Amanat Nasional (PAN) di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (26/2/2023), yang disaksikan secara daring melalui tayangan langsung Youtube PAN TV dari Jakarta..
Baca Juga: Hilang dua hari, balita ditemukan di saluran air di Lombok, begini kondisinya
"Jawabannya saya sudah punya sekarang, jawabannya sudah punya. Strateginya, ooh ini strategi, udah. Mendekati pak Ganjar (Pranowo). Mendekati bupati, wali kota, dihadirkan semuanya,” imbuh Jokowi.
Menurut Jokowi, langkah PAN itu sudah betul, yakni dalam hal mencoba peluang berkoalisi atau bekerja sama. Dia menekankan kerja sama dalam politik sangat penting guna menggalang persatuan dan kesatuan bangsa.
“Sekali lagi kerja sama itu penting, koalisi itu penting, jangan salah memilih koalisi. Yang paling penting perkuat kerja sama kebangsaan kita sehingga persatuan kita tetap terjaga, kesatuan kita tetap terjaga,” jelasnya.
Baca Juga: Shaun Torrente menjadi yang tercepat, berikut hasil kualifikasi F1 Powerboat Danau Toba
Dia mencontohkan, selama delapan tahun kerja pemerintahan dalam koalisi yang erat antarpartai politik, banyak perubahan positif telah terjadi di Indonesia, misalnya dalam hal pembangunan.
“Coba saya tunjukkan pergeserannya seperti apa, perubahannya seperti apa. Dulu, pembangunan itu selalu Jawa-sentris. Infrastruktur dibangun hampir 70 persen selalu di Jawa, kemudian kita geser menjadi Indonesia-sentris,” terangnya.
Dia mengatakan dengan adanya Indonesia-sentris, maka pembangunan infrastruktur yang sudah menghabiskan anggaran senilai Rp3.309 triliun, bisa merata.
Baca Juga: Anies Baswedan hadiri Apel Siaga Pemenangan PKS Tahun 2024, begini suasananya
“Kemudian pergeserannya terjadi karena infrastrukturnya siap, misalnya jalan tol, bandara, sudah siap di luar Jawa. Dihubungkan dengan kawasan industri kawasan perkebunan, kawasan pertanian, kawasan pariwisata, kemudian investasi menjadi bergeser,” ujar dia.
Dia mengatakan dulu perbandingan pembangunan Jawa dan luar Jawa adalah 70 berbanding 30 persen. Saat ini berubah menjadi 53 persen pembangunan ada luar Jawa.
“Ingat kita ini negara besar. Negara besar. Sekarang penduduk kita sudah sudah 282 juta jiwa, hidup di 17.000 ribu pulau. Lha kok yang dikerjakan yang di Jawa terus, lha yang 16.990 itu diapakan? Inilah pergeseran yang tadi saya sampaikan,” jelasnya.(*)