Ini dampak bagi seseorang yang sering menghadapi kemacetan lalu lintas

photo author
- Kamis, 23 Februari 2023 | 20:25 WIB
Kepadatan kendaraan di jalur wisata Puncak, Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/2/2023). (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Kepadatan kendaraan di jalur wisata Puncak, Gadog, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (18/2/2023). (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

HARIAN MERAPI - Seseorang yang terlalu sering menghadapi kemacetan lalu lintas berisiko mengalami gangguan fisik dan mental.

"Dampak kemacetan adalah fisik dan psikologis. Kelelahan fisik terjadi karena tubuh harus duduk lama menyetir," kata Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra, di Jakarta, Kamis.

Novi mencontohkan seseorang yang terlalu lama menyetir akan mengalami kelelahan fisik, misalnya pada bagian leher dan punggung.

Baca Juga: Helikopter Kapolda Jawa Timur mendarat darurat di desa, Polri ganti rugi rumah rusak terdampak

Selain mengalami kelelahan fisik, kata dia, seseorang yang sering terjebak kemacetan lalu lintas juga bisa merasakan kelelahan psikis sehingga memengaruhi kondisi emosi.

Kemacetan, menurut Novi, bisa memicu seseorang lebih sensitif dan mudah tersinggung karena melihat situasi yang tidak jelas. Faktor kelelahan membuat seseorang sulit fokus, berpikir dan meregulasi emosi serta perilaku.

"Kondisi ini akan mempengaruhi performa keseluruhan. Jika kondisi fisik terganggu, maka asupan oksigen kurang karena kurang gerak," kata Novi.

Baca Juga: Kantor Kemenag Kota Yogyakarta gelar sosialisasi penguatan moderasi beragama dengan menghadirkan 3 nara sumber

Novi mengingatkan masyarakat pada pepatah di dalam tubuh yang sehat akan terdapat jiwa yang sehat juga. Tubuh yang segar dan bugar akan memiliki cukup asupan oksigen, yang bermanfaat untuk mengelola pikiran, emosi dan perilaku.

Untuk membuat tubuh yang lebih bugar di tengah tengah rutinitas, maka penting untuk menjaga kebugaran dengan olahraga, menjaga pola makan yang sehat, istirahat yang cukup dan juga melakukan meditasi.

"Karena itu semua membantu seseorang menstimulasi syaraf simpatik yang mampu merelaksasi otot dan tubuh sehingga seseorang mampu mengelola dirinya, pikiran, emosinya saat kelelahan," kata Novi.

Baca Juga: Deteksi dini kesehatan WBP, Rutan Kelas IIB Bantul lakukan pemeriksaan VCT HIV AIDS

Data yang dirilis TomTom Traffic Index menunjukkan kemacetan di Jakarta berada di peringkat 29 dari 389 kota di dunia pada tahun 2022. Sementara pada tahun 2021, Jakarta berada di posisi ke-46.

Waktu rata-rata perjalanan dalam 10 kilometer adalah 22 menit 40 detik, berdasarkan penghitungan situs tersebut. Waktu tempuh itu meningkat sekitar 2 menit 50 detik dibanding tahun 2021.

Kemacetan dinilai berdampak pada kerugian finansial dari aktivitas bisnis, naiknya konsumsi bahan bakar dan emisi CO2 saat berkendara, hingga risiko kesehatan fisik dan mental.(*)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X