Pendopo Kantor Kalurahan Wedomartani Sleman menjadi tempat pelaksanaan festival gamelan hingga pentas wayang kulit

photo author
- Senin, 10 November 2025 | 18:20 WIB
Pelaksanaan festival gamelan di Pendopo Kantor Pemkal Wedomartani.  (Sulistyanto)
Pelaksanaan festival gamelan di Pendopo Kantor Pemkal Wedomartani. (Sulistyanto)

“Meski sudah mendapatkan ilmu ulah kanuragan, namun batin masih terasa kering, sehingga mintalah Raden Bratasena kepada gurunya akan ngelmu Sangkan Paraning Dumadi,” jelas Ki Faisal.

Resi Drona akan memberikan ngelmu tersebut dengan sarat Raden Bratasena harus mendapatkan Kayu Gung Susuhing Angin yang berada di Gunung Reksamuka.

Berangkatlah Raden Bratasena mencari Kayu Gung Susuhing Angin. Namun yang dijumpai adalah dua raksasa, Ditya Rukmuka dan Ditya Rukmakala. Setelah dapat mengalahkan keduanya, yang ternyata adalah Bathara Indra dan Bathara Bayu.

Raden Bratasena lalu mendapatkan hadiah dan petunjuk yang berharga.

Baca Juga: Tingkatkan kesejahteraan masyarakat, BRI salurkan BLTS kesra tahap I Rp 4,4 triliun untuk 4,9 juta keluarga, pemerataan ekonomi kian nyata  

Sekembalinya Raden Bratasena dari Gunung Reksamuka, Resi Drona mengajukan sarat lagi, yaitu Tirta Maha Pawitra yang berada di tengah Samodra Duksina.

Tanpa berpikir panjang Raden Bratasena menceburkan diri ke Samodra Duksina yang sangat berbahaya. Di tengah samudra, muncul-lah Olor Amburnawa yang menyerang Raden Bratasena.

“Terjadilah pergulatan sengit, yang diakhiri dengan tewasnya Olor Amburnawa yang kemudian menyatu dengan raga Raden Bratasena. Namun akibat bisa dari Olor Amburnawa, Raden Bratasena tak sadarkan diri, dan terdampar di Pulau Bima,” sambung Ki Faisal.

Di Pulau Bima, Raden Bratasena berjumpa dengan Dewa Ruci yang memberikan wejangan tentang kehidupan Sangkan Paraning Dumadi, sehingga Raden Bratasena menjadi paham akan tugas kehidupannya.

Baca Juga: Soeharto dapat gelar Pahlawan Nasional, Tutut: Boleh saja kontra, tapi jangan ekstrem

“Setelah dari Samodra Duksina, Raden Bratasena menjadi seorang pribadi yang tahu akan jati-dirinya dan tahu akan Tuhannya. Lakon ini juga memberikan gambaran untuk membangun jiwa, agar dalam membangun badan atau fisik dapat terarah sesuai dengan tujuan,” tutur Ki Faisal. *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X