Dugaan adanya mark up itulah yang menurut Mahfud harus diperiksa agar diketahui kemana saja aliran uangnya.
Setuju dengan Keputusan Menkeu Purbaya Tak Bayar Utang Whoosh dengan APBN tapi Ingatkan Akibatnya
Dalam video tersebut, Mahfud juga mengungkapkan bahwa dirinya menyetujui keputusan Menkeu Purbaya untuk tidak melunasi utang Whoosh memakai uang APBN.
Di sisi lain, ada akibat permintaan kompensasi yang mungkin dilakukan oleh pihak China.
“Saya anggap kebijakan ini bagus demi rakyat, tapi juga harus diingat akibatnya berbahaya buat rakyat,” ujar mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polkam) itu.
“Misal kita gagal bayar, kan berarti China harus ngambil api nggak mungkin ngambil barang di tengah kota, pasti minta kompensasi ke samping. Misalnya Natuna Utara,” imbuhnya.
Mahfud lantas memberi contoh kasus China mengambil alih pelabuhan milik Sri Lanka karena tak mampu bayar.
“Ini bisa minta Natuna Utara yang sedang konflik, ada konflik kan terus bisa merambah ke kita, masuk ke kita dan Natuna Utara yang tidak masuk konflik, membangun pangkalan selama 80 tahun, ini mau diapakan?” terangnya.
Baca Juga: AMPS minta DPRD Salatiga tegaskan sikap pasca Hak Angket, lanjut atau tidak?
“Jadi, Pak Purbaya didukung rakyat tidak bayar Whoosh dengan APBN, kemudian carikan jalan keluar agar tidak disita tapi, selesaikan masalah secara hukum,” imbuhnya.
Menkeu Purbaya Tolak Bayar Utang Whoosh Pakai APBN
Sebelumnya, Menkeu Purbaya menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menggunakan uang dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk menanggung utang Whoosh.
Baca Juga: Tak pernah ada sosialisasi penambangan, rumah warga RT. 19 Grigak Girimulyo Kulonprogo terancam
“Ini KCIC di bawah Danantara kan? Kalau di bawah Danantara mereka sudah punya manajemen sendiri,” ucap Menkeu Purbaya dalam media gathering di Bogor pada 10 Oktober 2025 lalu.