Peristiwa itu bermula pada Jumat 10 Oktober 2025 lalu, ketika sekolah menggelar kegiatan Jumat Bersih.
Dini, yang turut berkeliling mengawasi, mengaku mendapati salah satu siswanya sedang merokok di area belakang sekolah.
“Tujuan kegiatan itu untuk membentuk karakter anak peduli lingkungan. Tapi yang mengganggu mata saya adalah anak yang merokok,” ujar Dini kepada wartawan pada Selasa 14 Oktober 2025.
Saat ditegur, sang siswa membantah. Namun, Dini mengaku kembali melihat siswa itu merokok dan merasa kecewa karena dianggap berbohong. Kepala sekolah itu pun menegur dengan nada tinggi hingga terjadi kontak fisik ringan.
Baca Juga: Pasokan ayam ras aman jelang Natal-Tahun Baru dipastikan aman
“Yang membuat saya marah itu karena berbohong,” ucapnya.
Ratusan Siswa Mogok Sekolah
Kasus itu kemudian memicu gelombang protes dari para murid. Lebih dari 630 siswa memilih mogok sekolah pada Senin 13 Oktober 2025 sebagai bentuk dukungan terhadap kepala sekolah mereka.
Dini menyayangkan aksi tersebut, meski kegiatan guru di sekolah tetap berlangsung normal.
“Tentu ini enggak benar. Tapi kami semua tetap bekerja. Kami ASN, tugasnya melayani,” ujarnya.
Pihak sekolah disebut sudah berkoordinasi agar kegiatan belajar mengajar tetap kondusif, meskipun sebagian besar siswa memilih tidak hadir.
Penonaktifan Sementara Kepala Sekolah
Baca Juga: Investasi Rp 2,2 miliar, investor lirik lahan Mulur untuk dirikan pabrik pengolahan sampah
Kasus ini kemudian mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi Banten. Wakil Gubernur Banten, Dimyati Natakusumah, menyebut penonaktifan kepala sekolah dilakukan untuk menjaga kondusivitas di lingkungan pendidikan.