Kasus kecelakaan pendaki Brasil di Gunung Rinjani dorong Kemenhut dan Basarnas evaluasi total standar pendakian

photo author
- Senin, 30 Juni 2025 | 14:45 WIB
Ilustrasi: Tim SAR gabungan saat melakukan evakuasi terhadap seorang pendaki yang jatuh di kawasan Gunung Rinjani Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (24/6/2025).  (ANTARA/HO-Humas SAR Mataram)
Ilustrasi: Tim SAR gabungan saat melakukan evakuasi terhadap seorang pendaki yang jatuh di kawasan Gunung Rinjani Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (24/6/2025). (ANTARA/HO-Humas SAR Mataram)

HARIAN MERAPI - Insiden jatuhnya pendaki asal Brasil Juliana Marins (27), di Gunung Rinjani membuat Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Basarnas berbenah.

Kemenhut segera mengevaluasi secara total Standar Operasional Prosedur (SOP) kegiatan pendakian gunung guna meminimalkan risiko kecelakaan dan meningkatkan keselamatan para pendaki.

Wacana evaluasi SOP itu adalah respons pemerintah atas insiden pendaki asal Brasil, Juliana Marins (27), yang dilaporkan hilang di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (21/6).

Setelah lima hari pencarian pendaki pemula tersebut baru berhasil ditemukan meninggal dunia di dasar jurang berbatu, sekitar 600 meter di bawah jalur pendakian.

Baca Juga: Inilah harga BBM Pertamina usai libur panjang, ini harga Pertalite

Kepala Basarnas Mohammad Syafi'i saat ditemui di Jakarta, Senin (30/6/2025), mengatakan mengatakan evaluasi itu perlu dilakukan secara cepat untuk memperkuat kemampuan tim SAR gabungan di seluruh wilayah, sehingga Basarnas akan melibatkan lebih banyak unsur dalam setiap pelatihan agar mereka memahami prosedur penanganan kedaruratan di medan pendakian.

"Ke depan yang kita mau tingkatkan adalah kemampuan potensi SAR. Kita sudah berjalan, sinergitas di lapangan cukup bagus, tapi perlu kolaborasi lebih baik lagi," kata Syafi'i seperti dilansir Antara.

Dia menilai kemampuan personel Basarnas telah teruji dalam berbagai operasi berskala internasional. Namun secara umum tantangan utama petugas dalam evakuasi pendaki terletak pada kondisi medan dan cuaca yang ekstrem, sebagaimana yang dihadapi saat evakuasi Juliana.

"Kemampuan kita standar internasional. Basarnas hadir di kejadian di Turki dan Myanmar, itu menjadi referensi. Setiap lima tahun kita di-currency oleh lembaga PBB, INSARAG," ujarnya.

Baca Juga: Grebeg Kelurahan Kutowinangun Kidul Salatiga meriah, dihadiri Gusti Moeng, Walikota sapa warga lewat VC

Syafi'i juga menanggapi usulan pembangunan posko untuk menjadi tempat penyimpanan peralatan SAR di jalur-jalur pendakian untuk memperpendek waktu respons kegawatdaruratan.

Menurut dia, hal ini sebagai salah satu bahan evaluasi yang memerlukan kerja sama lintas Kementerian/Lembaga (K/L) mengingat Basarnas tidak mungkin menempatkan personel dan peralatan yang terbatas di seluruh kawasan Indonesia.

"Contoh kawasan wisata, itu harus mampu mulai dari komunikasi. Dengan komunikasi kita bisa asesmen potensi bahayanya, menyiapkan personel dan peralatannya. Harapan kita, dengan kemampuan yang terbatas ini bisa saling melengkapi," katanya.

Ia menegaskan prinsip utama operasi SAR adalah merasakan empati yang sama dengan korban, sehingga upaya penemuan dan penyelamatan dilakukan secepat mungkin.

Baca Juga: Hari Bhayangkara e-79, Polres Salatiga gelar bazar tebus murah sembako

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X