HARIAN MERAPI - Pasar tradisional saat ini terasa kurang greget dan kehilangan ruhnya sebagai ruang hidup masyarakat. Guna mengembalikan spirit, salah satunya lewat pendekatan budaya.
Demikian diungkap perwakilan Komunitas Pasar Kumandhang Lojajar Tempel Sleman, Tomon HW, saat Pembukaan Pasar Kumandhang Lojajar, Minggu (9/2/2025) sore.
Menurutnya Pasar Kumandhang Lojajar dengan tagline, Pasar Senine Wong Sleman diinisiasi pula oleh beberapa pihak seperti seniman/budayawan, pegiat sastra dan akademisi Komunitas Seni Kehutanan (KSK) UGM.
Baca Juga: Keracunan Massal Usai Santap Hidangan Hajatan di Tempel Sleman, Korbannya Ratusan Orang
Artinya juga konsep tersebut, tak hanya fokus pada transaksi ekonomi, namun juga menjadi wadah penguatan nilai-nilai kebudayaan Jawa, seperti gotong royong dan kearifan lokal.
Adapun rangkaian acaranya, sebut Tomon, antara lain ada pentas wayang kulit oleh dalang ternama Ki Edy Suwondo, ruwat sukerta, ruwat pasar, gejog lesung dan aksi penanaman pohon.
Ruwat, menurutnya, sebagai simbol pembersihan diri, menjadi ikhtiar kultural untuk menyemai harmoni antara manusia, alam dan budaya. Sedangkan aksi penanaman pohon, sebagai bentuk komitmen pelestarian lingkungan.
Dengan menanam pohon sebagai simbol menanam kebaikkan, sehingga suatu saat akan menghasilkan kebaikkan. Bahkan punya makna luas, msalnya antara manusia dan tumbuhan terjalin hubungan saling menguntungkan.
Baca Juga: BWF Berencana Ubah Sistem Skor Bulu Tangkis, Begini Respons Menohok Rexy Mainaky
Zat karbon dioksida dan oksigen di dalam atmosfer ini semakin seimbang bila sebaran pohon-pohonnya pun merata, alias termasuk mendukung keseimbangan alam.
Jenis pohon yang ditanam di kompleks Pasar Kumandhang Lojajar misalnya ada mangga dan durian. Suatu saat ketika sudah rutin berbuah, akan memberi lebih banyak manfaat lagi.
“Guna menambah semaraknya acara, kami juga menggelar pertunjukan seni gejog lesung dengan mengundang kelompok Kidung Giri Budaya asal Ngemplak, Sleman,” terangnya.
Sebagai pembawa acara kolaborasi perwakilan dari Paguyuban Panatacara Yogyakarta (PPY) DIY maupun Sleman, yakni Agus Sumaryono, Sugiman DN dan Budi Sutowiyoso