HARIAN MERAPI - Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Cabang Muhammadiyah (MPI PCM) Minggir Sleman mempunyai beberapa agenda penting pada tahun ini.
Salah satunya menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan (Diklat) Pembuatan Film Dokumenter, Sabtu (1/2/2025), kolaborasi dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Kegiatan dilaksanakan di Pondok Makan Dapur Sawah Sendangmulyo Minggir Sleman, sedangkan penugasan/praktik pembuatan film dokumenter di beberapa tempat kawasan Minggir.
Eko Triyanto dari PCM Minggir yang juga salah satu pembicara kegiatan tersebut menjelaskan, 35 peserta Diklat tak hanya berasal dari Minggir. Namun, ada pula dari Moyudan, Seyegan, Godean, Kalibawang dan Panjatan Kulon Progo.
Baca Juga: Minuman beralkohol bisa percepat kerusakan organ hati, begini penjelasan dokter
“Beberapa hari sebelumnya, informasi Diklat Pembuatan Film Dokumenter kami sebarluaskan lewat media sosial maupun gethok tular secara langsung,” jelasnya.
Saat sesi penugasan, seperti mulai dari riset di internet, presentasi riset, dan praktik pembuatan film dokumenter, peserta dibagi menjadi tujuh kelompok.
“Dengan diklat seperti ini, semoga dapat kian menginspirasi segenap peserta dalam berkarya dan memanfaatkan dokumenter sebagai medium untuk menyampaikan berbagai hal atau cerita penting,” papar Eko.
Adapun pemateri dari UMY, yakni Dr. Fajar Junaedi (Kaprodi Ilmu Komunikasi UMY) serta Dhimas Aryo Vipha Ananda, S.Sn., M.Sn. (Praktisi dan Dosen UMY).
Baca Juga: Mesin pencarian Google eror, 1 dolar jadi hanya Rp 8 ribuan, begini penjelasannya
Dalam kesempatan tersebut Dhimas memaparkan, guna menghasilkan karya film dokumenter berkualitas, ada beberapa faktor penting, seperti penulisan naskah, pengoperasian kamera, penyutradaraan, pencahayaan, penyuntingan hingga teknik produksi lainnya.
“Beberapa hal penting yang kami ajarkan, misalnya cara menyusun cerita yang menarik dan informatif, termasuk bagaimana membangun alur cerita dan memilih sudut pandang,” urainya.
Dengan diselenggarakan Diklat tersebut, ia juga berharap kian mengasah kreativitas peserta seperti dalam menggali ide, menemukan pendekatan visual yang unik, dan menciptakan dokumenter yang tak hanya informatif, namun juga estetis.
“Segenap peserta yang dijadikan menjadi tujuh kelompok, kami latih pula untuk melaksanakan riset mendalam guna memastikan bahwa dokumenter mereka berdasarkan fakta yang akurat dan relevan,” tegasnya.
Baca Juga: Israel gagal bunuh pemimpin Hamas Haitham Al-Hawajri, begini klaim sebelumnya