Sleman Belajar Pengembangan Wisata dan UMKM dari Banyuwangi

photo author
- Kamis, 4 Juli 2024 | 06:00 WIB
Asisten Sekda Sleman Bidang Administrasi Umum, Eka Surya Prihantoro (kiri) menerima cinderamata dari Sekda Banyuwangi, Mujiono.  (Foto: Awan Turseno)
Asisten Sekda Sleman Bidang Administrasi Umum, Eka Surya Prihantoro (kiri) menerima cinderamata dari Sekda Banyuwangi, Mujiono. (Foto: Awan Turseno)

Pada kesempatan itu, Mujiono menjelaskan, Kabupaten Bayuwangi memiliki wilayah terluas di Provinsi Jawa Timur yaitu 3.592,89 kilo meter persegi dengan jumlah penduduk 1,73 juta jiwa.

Garis pantai di Banyuwangi sepanjang 175,8 kilometer. Secara administratif, wilayah Banyuwangi terbagi menjadi 25 kecamatan, 189 desa dan 28 Kalurahan. Dahulu, Banyuwangi dikenal dengan image kota santet, serta tingkat kemiskinan cukup tinggi.

Tetapi, image kurang baik tersebut perlahan berubah setelah pemerintah menetapkan tiga skala prioritas dalam pembangunan di daerah. Yaitu, prioritas wajib bagi pendidikan dan kesehatan, prioritas unggulan di UMKM, pariwisata dan pertanian. Sedangkan prioritas penunjang adalah sektor infrastruktur, perlindungan sosial, lingkungan hidup dan birokrasi.

"Banyuwangi memiliki potensi alam yang sangat lengkap. Ada gunung, laut, hutan, area perkebunan, sawah juga kebudayaan dan kuliner khas yang potensial untuk digali dan dikembangkan," katanya.

Kabupaten berjuluk the sunrise of Java ini juga mengembangkan pariwisata dengan konsep ecotourism yang menekankan aspek partisipasi masyarakat atau community based tourism sehingga bisa berkelanjutan.

Pemkab Banyuwangi menerapkan prinsip masyarakat tidak hanya menjadi objek pariwisata tetapi juga menjadi subjek pariwisata. Pemerintah melarang ada pembangunan hotel di bawah bintang 3. Hal ini menjadi upaya untuk memberikan akses kepada masyarakat turut terlibat dalam mengembangkan homestay.

Ada program hotel asuh homestay. Melalui program ini, hotel-hotel besar di kabupaten paling ujung Timur pulau Jawa ini memberikan pendampingan kepada homestay milik masyarakat.

"Program ini ternyata memicu peningkatan jumlah pengunjung yang menginap di homestay dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Melalui program inovatif dan kolaboratif, berhasil membuat capaian kinerja Banyuwangi yang sangat positif," ungkap Mujiono.

Melalui tiga prinsip tersebut, ekonomi tumbuh sebesar 5,03 persen dan akan terus tumbuh tinggi. Persentase penduduk miskin juga semakin turun setiap tahun. Pendapatan per Kapita terus meningkat dari Rp 53 juta pada tahun 2022 menjadi Rp 58 juta pada tahun 2023.

"Indeks pembangunan manusia kami (Pemkab Banyuwangi) juga meningkat. Dari 73,15 pada tahun 2022 menjadi 73,79 pada tahun 2023," pungkasnya.*

 

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X