"Pada waktu itu sepatu baru ngetren dan kebiasaan bersepatu sangat tinggi. Awalnya untuk koleksi saja, ada teman yang suka lalu ditawar, kemudian kami jual," katanya.
Setelah itu, keduanya membuka toko sepatu. Jalan empat tahun usaha mereka melejit pada tahun 2018 hingga akhirnya pandemi Covid-19 menerpa dan memaksa menutup dua cabang yang di Sedayu Bantul dan Jetis Yogyakarta.
"Pasca pandemi, kini mulai naik lagi penjualan. Sepatu merupakan kebutuhan dasar dan bagian dari penampilan, jadi semua orang pasti memerlukan sepatu," ucapnya.
kini Aditya Putra dan Tri Sukmawan terus mengembangkan usahanya dengan membuka lagi satu toko yang menjual khusus sepatu second di kawasan Banguntapan Bantul. Barang second bermerk didatangkan dari Thailand.
Baca Juga: Bruno Fernandes cetak dua gol, Portugal lolos babak 16 besar usai lumat Uruguay 2-0
Dari usaha yang digeluti, keduanya kini telah mempekerjakan 9 karyawan dan omzet mencapai Rp 160 juta perbulan. Menurutnya, bisnis sepatu sangat menjanjikan, apalagi saat momentum tahun baru, lebaran dan kenaikan kelas.
"Utamanya kita kami ingin mengajak masyarakat untuk dapat memakai sepatu mahal dengan harga murah," pungkasnya.*