Mencegah Penyakit Jantung dengan Deteksi Dini, Begini Langkahnya

photo author
- Senin, 11 Juli 2022 | 11:15 WIB
 Ilustrasi - Kesehatan jantung. ( ANTARA/HO-Pexel)
Ilustrasi - Kesehatan jantung. ( ANTARA/HO-Pexel)

 


JAKARTA, harianmerapi.com - Penyakit jantung atau kardiovaskular masih menjadi momok di Indonesia.


Padahal, risiko penyakit jantung dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini sejak masih usia anak atau remaja.


Seperti disampaikan Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Sukman Tulus Putra, risiko penyakit jantung dapat dicegah melalui deteksi dini dan intervensi kesehatan yang tepat sejak usia anak dan remaja.

Baca Juga: Patut Dicontoh, Pemerintah Kota Surabaya Memfasiltasi Pencari Kerja Biar Tak Nganggur, Begini Caranya

"Deteksi faktor risiko kardiovaskular secara individual dan intervensi pada masa anak dan remaja merupakan strategi yang sangat penting untuk menurunkan risiko penyakit jantung pada usia dewasa," kata Sukman Tulus Putra melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin pagi.

Ia mengatakan pada umumnya manifestasi klinis kardiovaskular terjadi pada usia dewasa dan lanjut sebelum umur 60 tahun. Namun, proses pathogenesis aterosklerosis yang menyebabkan penyakit kardiovaskular telah terjadi sejak usia dini, terutama pada anak dan remaja.

 

Meskipun belum ada penelitian epidemiologis yang menyeluruh di Indonesia, kata Sukman, beberapa penelitian pada pelajar menunjukkan tingginya faktor risiko kardiovaskular pada usia sekolah.

Baca Juga: Aturan Baru Naik KRL dan KA Lokal, Ini Syarat Lengkapnya

"Identifikasi dan intervensi terhadap faktor-faktor tersebut pada anak dan remaja merupakan upaya untuk mencegah dan menurunkan kejadian kardiovaskular, termasuk penyakit jantung koroner," katanya.

Menurut Sukman, risiko kardiovaskular dikelompokkan dalam faktor tradisional meliputi hiperlipidemia, obesitas, inaktivitas atau sedentary, diabetes melitus, merokok dan hipertensi. Kelompok intrinsik meliputi genetik, lingkungan dan suscestibility, serta kelompok risiko yang baru muncul meliputi infeksi sistemik, sitokine, CRP, dan homosistein.

"Faktor risiko yang ditemukan pada seorang individu akan menyebabkan disfungsi endotel vaskular, sehingga terjadi penurunan produksi NO, peningkatan respons inflamasi endotel dan hyperplasia intima yang pada akhirnya akan terbentuk lesi aterosklerotik yang akan menyebabkan terjadinya penyakit jantung koroner," katanya.

Baca Juga: Inilah Aturan Baru Perjalanan Dalam Negeri Berlaku Mulai 17 Juli 2022

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X